Mozaik Harokah FPI - Kalau diliat dari organisasinya, FPI itu sangat kecil jika dibandingkan NU. Jangankan NU yang menjadi induk sebuah ormas agama, dengan Ansor saja, FPI masih kalah jauh.

Keberadaan Ansor, berbanding lurus dengan keberadaan kantor cabang NU di setiap daerah. Sebagai ormas sayap, ansor selalu menyusu pada induknya. Dimana ada induk, sang anak selalu ada didekatnya.

FPI adalah ormas yang mandiri, lahir dari keprihatinan akan masalah negeri, dan berswadaya membentuk perwakilannya. Dengan persiapan alakadarnya, FPI justru hadir bukan dalam bentuk fisik sebuah kantor atau plang nama perwakilan. Kehadiran mereka lebih dulu dimunculkan dalam sebuah kegiatan.

Sedangkan ansor, kebalikan dari FPI. Keberadaan mereka kerap ditandai dengan plang nama, namun minim kegiatan yang terlihat oleh publik.

"Untuk kuantitas, ansor mungkin berlebih dengan kantor perwakilannya. Namun untuk kualitas, justru FPI yang paling dikenal oleh masyarakat indonesia".

Baru-baru ini, FPI melalui ketuanya mengatakan tidak ada lagi ambisi untuk memperpanjang perizinan keberadaan mereka. Terlalu banyak alasan yang dikemukakan pemerintah, membuat FPI muak dan gak peduli lagi mau diperpanjang atau tidak sama sekali.

Seiring pemberitaan itu, muncul sebuah bukti bahwa FPI sudah membantu membersihkan sebuah gereja dan menolong keluarga pastor dari bencana didaerahnya. Kecepatan tangan FPI berbakti pada masyarakat, membuktikan mereka lebih dekat dengan warga dibandingkan ansor yang keberadaanny hanya berupa plang nama saja.

Ibarat sebuah branding, FPI sudah sukses melekatkan image brand mereka dimasyarakat. Seperti membeli mie instan, yang dikenal hanya mereka Indomie. Padahal, banyak merk yang ada di pasaran. Ketika ada sebuah aksi atau sebuah bakti sosial di masyarakat, melihat sekumpulan orang memakai baju putih, dalam kepala langsung menganggap itu adalah FPI. Padahal, bisa jadi mereka bukan FPI.

Image yang terbentuk ini bukan gampang bisa melekat dihati masyarakat. Melalui sebuah perjuangan dan jenjang yang panjang. Jatuh bangun karena tuduhan, fitnah dan framing buruk, gak membuat FPI berhenti berjalan. Justru segala cacian membuat mereka ingin membuktikan dengan penampakan.

Dan sejauh apa yang kita liat, FPI sudah membuktikannya. Ekspektasi yang berlebih pada mereka, dijawab dengan berlipat kalinya.

Basarnas yang mempunyai keahlian dalam bidang evakuasi saja bisa kalah oleh FPI dalam cepat tanggap bencana. FPI lah yang paling dulu datang di lokasi dan melakukan evakuasi atas bencana yang terjadi.

Bagaimana dengan ansor dan Banser?

Kelompok ini hanya bisa berkoar dimedia namun minim aksi di kehidupan nyata. Di pulau jawa, bisa jadi mereka ada nyali. Namun diluar pulau jawa, ansor bukanlah apa-apa. Kebalikan dari FPI, dijawa mungkin FPI terlau sexi untuk diabaikan ketika ada acara. Setiap acara mereka, selalu saja ada yang merecoki dan membuat framing lama. Namun di luar jawa, FPI adalah juaranya.

Ansor kerap bertingkah arogan dan konroversial melalui tokoh2 pejabatnya. "Talk more do less", itu lah yang terlihat dari mereka. Mengaku anggota sampai 7 juta, tapi gak terlihat ada aksi di tengah masyarakat. Hanya di bulan desember ini saja mereka terlihat sibuk dengan sebuah acara.

Jika ada, itupun hanya diseputaran daerah mereka saja.

"Seperti toko grosir pakaian. Dalam 12 bulan, toko grosir pakaian hanya 1 bulan saja mendapatkan keramaian. Yaitu saat menjelang hari raya saja. Setelah itu, mereka lebih banyak santai menghadapi pembeli yg datang, gak ada kesibukan, lebih banyak menunggu datangya pelanggan"

FPI bukan toko grosir pakaian, FPI adalah kedai kaki lima dipinggir jalan. Yang akrab dengan para masyarakat pinggiran. Sapaan dan salam selalu mereka dapatkan karena interaksinya selalu ada setiap waktu. Mereka tersebar dimana saja, selagi ada pemukiman, maka disitulah FPI berada.

Mau ada perizinan atau tidak, gak akan membuat FPI hilang dari edaran. FPI sudah sukses tertanam dalam jiwa umat yang memiliki kepedulian pada agama, pada saudara seiman, dan pada umat manusia secara keseluruhan.

Karena sebenarnya FPI adalah kita sendiri

Gak perlu mendaftar atau mengisi formulir untuk menjadi anggota FPI, gak perlu memakai baju seragam atau loreng pucat untuk terlihat FPI, gak perlu mengikuti acara diklat lapangan dengan membayar kontribusi untuk ikut membantu korban bencana, yang perlu dilakukan agar menjadi FPI adalah dengan menonjolkan kepedulian atas semuanya.

Untuk hal ini, ansor sudah kalah sebelum memulainya.

Saya bukan FPI secara keanggotaan, tapi dalam jiwa saya sudah tertanam tujuan FPI. Boleh dong kalau saya mengaku bahwa FPI adalah saya.

By : Setiawan Budi