Jakarta
- Sampai hari ini Muslim Rohingya di Myanmar menjerit. Kaum Muslimin di
Arakan (Rakhine) Myanmar masih dalam penderitaan akibat penindasan yang
belum berhenti. Rentetan kekejaman terhadap Muslim Rohingya masih terus
terjadi. Pahit memang, tetapi dunia harus mengetahui kondisi mereka di
negeri mayoritas Budha itu. Sebab dunia sampai hari ini tampak bungkam,
diam seribu bahasa.
Kebiadaban
junta militer dan kaum Budha di Myanmar terhadap Muslim Rohingya
mengundang kecaman umat Islam Indonesia. Sebagai bentuk solidaritas,
Forum Umat Islam (FUI), gabungan berbagai ormas Islam di Indonesia,
mengepung Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Sekitar seribu orang massa
FUI menutup ruas Jalan KH Agus Salim, Gandaria, Menteng, Jakarta Pusat,
Jumat (13/7/2012). "Aksi ini sebagai bentuk solidaritas kita terhadap
Muslim Rohingya yang dibantai kaum Budha dan junta militer Myanmar,"
kata pengurus FUI Ustadz Bernard Abdul Jabbar dalam orasinya di depan
Kedubes Myanmar.
Umat
Islam Indonesia, lanjut Ustadz Bernard, adalah bagian dari umat Islam
Rohingya. Sebab sesama Muslim adalah bersaudara. "Jika mereka dibantai,
maka kita umat Islam yang ada di Indonesia juga akan melakukan
pembelaan," katanya.
Kurang
lebih tiga puluh menit massa FUI berada di depan Kedubes Myanmar.
Setelah aparat kepolisian melakukan negoisasi, sejumlah tokoh FUI
akhirnya diterima masuk ke dalam kantor Kedubes. Delegasi FUI,
diantaranya Sekjen KH Muhammad Al Khaththath, Ustad Bernard Abdul
Jabbar, Sekjen FPI KH A Shobri Lubis, Wasekjen FPI KH Awit Masyhuri,
Ketua DPD FPI Jakarta Habib Selon, dan beberapa orang lainnya diterima
Wakil Dubes Myanmar untuk Indonesia.
Dalam
pertemuan singkat tersebut, ustadz Shabri Lubis dari FPI menyerahkan
bukti-bukti kekejaman pemerintah Junta Militer Myanmar atas Muslim
Rohingya. Dalam kesempatan itu, FPI mendesak pihak kedubes Myanmar agar
memberi visa kepada umat Islam Indonesia agar dapat berjihad ke Myanmar.
Ketua DPD FPI Jakarta, Habib Selon, membawa dan menunjukkan sejumlah
paspor aktivis FPI yang akan dimintakan visa untuk dapat masuk ke
Myanmar. "Ini paspor yang akan kita mintakan visa agar relawan kita bisa
masuk (Myanmar)," katanya.
Myanmar
adalah satu-satunya negara ASEAN yang untuk memasukinya masih
diwajibkan menggunakan visa. Padahal negara ASEAN lainnya sudah tidak
memerlukan visa. Sayang, seusai bertemu pejabat Kedutaan Myanmar, Habib
Selon mengatakan bahwa upayanya gagal. "Kedubes Myanmar belum mau
memberikan visa", kata Habib Selon.
Meski
demikian, dalam kesempatan lain tetap akan dicoba agar relawan bisa
masuk ke Myanmar membantu Muslim Rohingya. Kedubes Myanmar dijaga ketat
aparat kepolisian. Ada sekitar lima puluh polisi berjaga di gerbang
kantor Kedubes. Meskipun aksi FUI adalah aksi yang dilakukan secara
damai.
Selain
Kedubes Myanmar mereka juga mendatangi kantor perwakilan PBB di Menara
Thamrin dan Kedubes Suriah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sekjen
FUI KH Muhammad Al Khaththath membacakan pernyataan sikap. Menurut FUI,
rezim Bashar telah memakan korban ribuan umat Islam terbunuh, ratusan
muslimat diperkosa, ratusan ribu dipenjara dan jutaan mengungsi baik ke
tempat lain yang lebih aman di Suriah maupun ke luar negeri. "Dunia diam
atas pembantaian yang amat kejam yang dilakukan oleh rezim Sosialis
Ba’ath pimpinan Presiden Basyar Assad kepada rakyat sipil Muslim di
berbagai kota di Suriah, bahkan kalau pun ada pembicaraan seperti di
Jenewa dan Kairo hanyalah untuk membicarakan proposal rezim sekuler
pasca Bashar. Padahal umat Islam dibantai dan mereka berhak hidup dengan
syariat Islam yang mereka yakini," kata Ustad Al Khaththath.
Dalam
pernyataannya, FUI tegas mengutuk pembantaian, penindasan, penyiksaan,
pemerkosaan, perampasan dan penangkapan terhadap kaum muslimin Rohingya
oleh warga dan tentara Myanmar. Tindakan itu dinilai FUI merupakan
tindakan diskriminatif. "Pembasmian etnis (genocide) terhadap kaum
muslim Rohingya harus dihentikan," kata Ustadz Al Khaththath.
FUI
juga menuntut Pemerintah Junta Militer Myanmar agar segera menghentikan
pembantaian dan segala kebiadaban warga maupun tentara Myanmar dan
memberikan perlindungan serta hak-hak hidup dan beragama kaum muslim
Rohingya sebagai warga negara Myanmar. Karena itu FUI tegas mengutuk
pembantaian, penindasan, dan penyiksaan yang dilakukan oleh pemerintahan
partai sosialis Ba’ath pimpinan Bashar Assad terhadap rakyat kaum
Muslimin di Suriah. "Itu adalah tindakan zalim yang harus segera
dihentikan," lanjutnya.
FUI
juga menuntut Presiden Basyar Assad mengundurkan diri dari jabatannya,
menyerahkan jabatannya kepada umat Islam yang lebih berhak atas
pemerintahan Suriah agar mereka bisa mendirikin pemerintahan Syariah di
bumi Suriah yang mandiri dan terbebas dari seluruh pengaruh asing.
"Bashar Assad juga harus segera bertaubat dari berbagai tindakan zalim
dan sadisnya serta bertaubat dari tindakan murtadnya yang mengakui
dirinya sebagai tuhan di mana pasukan-pasukannya menuliskan di
dinding-dinding Masjid kalimat “Lailaha illa Basyar” yang menggantikan
kalimat tauhid “Laa ilaha illallah.” kata Ustadz Al Khaththath.
Di
sela-sela pembacaan pernyataan sikap FUI, rupanya masih ada staf
Kedubes Suriah yang ditugaskan untuk menemui pendemo. Bukan staf
berkewarganegaraan Suriah, melainkan WNI. Lelaki itu bernama Muhammad
Basyuni. Kepada Basyuni, Ustad Al Khaththath mengamanahkan agar
pernyataan sikap FUI disampaikan kepada Dubes Suriah untuk Indonesia,
agar selanjutnya disampaikan kepada Presiden Bashar Al Assad.
Berikut
ini Pernyataan Sikap Forum Umat Islam (FUI) yang merupakan forum
silaturahim dan koordinasi para pimpinan dan aktivis ormas dan lembaga
Islam di Indonesia menyatakan:
1.
Mengutuk pembantaian, penindasan, penyiksaan, pemerkosaan, perampasan,
penangkapan terhadap kaum Muslimin Rohingya oleh warga dan tentara
Myanmar yang merupakan tindakan diskriminatif dan bahkan pembasmian
etnis (genocide) terhadap kaum Muslim Rohingya yang harus dihentikan.
2.
Menuntut Pemerintah Junta Militer Myanmar agar segera menghentikan
pembantaian dan segala kebiadaban warga maupun tentara Myanmar dan
memberikan perlindungan serta hak-hak hidup kaum Muslim Rohingya sebagai
warga negara Myanmar.
3.
Mengutuk pembantaian, penindasan, dan penyiksaan yang dilakukan oleh
pemerintahan partai sosialis Ba’ath pimpinan Bashar Assad terhadap
rakyat kaum Muslimin di Suriah sebagai tindakan zalim yang harus segera
dihentikan.
4.
Menuntut Presiden Bashar Assad mengundurkan diri dari jabatannya,
menyerahkan jabatannya kepada umat Islam yang lebih berhak atas
pemerintahan Suriah agar mereka bisa mendirikin pemerintahan Syariah di
bumi Suriah yang mandiri dan terbebas dari seluruh pengaruh asing, baik
Rusia, China, USA, NATO, maupun kekuatan kafir asing lainnya, dan
meminta agar Bashar Assad segera bertaubat dari berbagai tindakan zalim
dan sadisnya serta bertaubat dari tindakan murtadnya yang mengakui
dirinya sebagai tuhan di mana pasukan-pasukannya menuliskan di
dinding-dinding Masjid kalimat “Lailaha illa Bashar” yang menggantikan
kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah”.
5.
Menuntut kepada para penguasa Muslim agar memberikan dukungan yang
nyata kepada umat Islam yang tertindas di di Rohingya Myanmar dan di
Suriah dengan mengirim tentara dan persenjataan untuk melindungi mereka
dari kebengisan dan kejahatan tentara Junta Militer Myanmar maupun
tentara Bashar Assad, memberikan tekanan politik melalui lobi-lobi dan
tekanan politik internasional, serta mengirim bantuan dana, logistik,
dan obat-obatan.
6.
Mengajak seluruh komponen umat Islam Indonesia untuk memberikan bantuan
moril maupun materiil kepada kaum Muslimin Rohingya dan Suriah sebagai
bentuk nyata ukhuwwah Islamiyah, dan pelaksanaan kewajiban menolong kaum
Muslimin yang ditindas karena ke-Islam-an mereka. Allah SWT berfirman:
"Jika
mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) Ginul
Islam, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang
telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Anfal 72).
7.
Menyerukan kepada seluruh umat Islam agar membacakan qunut nazilah
untuk kecelakaan para pembantai umat Islam Rohingya dan kejatuhan rezim
Bashar Assad yang zalim dan bagi keselamatan umat Islam Rohingya dan
Suriah.
Semoga
Allah SWT memberikan kekuasaan kepada orang-orang shalih agar bisa
menghilangkan setiap kezaliman serta kemaksiatan yang ada, menegakkan
keadilan, menjamin kesejahteraan masyarakat, serta mewujudkan masyarakat
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Jakarta, 23 Sya’ban 1433 H /13 Juli 2012 M
Forum Umat Islam
KH Muhammad Al Khaththath
Sekretaris Jenderal
[slm/fpi - Foto: Voa-Islam.COM]
Sumber : Suara-Islam.COM