Mereka dibayang-bayangi ancaman dari jemaah Ahmadiyah yang tidak rela mereka keluar dari Ahmadiyah. Kepala Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, memimpin langsung pengucapan dua kalimat syahadat 36 penganut Ahmadiyah yang berasal dari Desa Kutawaringin, Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan ini digelar secara massal di Masjid Agung Setda Kabupaten Tasikmalaya. Alhamdulillah mereka memeluk Islam.

Kembalinya jemaah Ahmadiyah ke Islam, menurut Dadang R, kepala Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, merupakan peran organisasi masyarakat dalam mendorong kembalinya Jemaah Ahmadiyah ke Islam. Dari catatan kementerian sendiri sudah sebanyak 400 orang warga penganut Ahmadiyah masuk Islam dari total 3.000-an penganut Ahmadiyah.

Kementerian pun berharap agar jemaah Ahmadiyah yang telah masuk Islam agar tetap istiqamah dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka diharapkan menjadi teladan bagi penganut Ahmadiyah yang belum memeluk Islam. “Alhamdulillah, Kementerian sangat menghargai pengucapan ikrar dua kalimat syahadat oleh jemaah Ahmadiyah,” ujar Dadang.

Kementerian agama pun akan memfasilitasi masyarakat non-Ahmadiyah salah satunya dengan membangun sekolah formal di wilayah itu. ”Di Kutawaringin, Salawu, hanya ada sekolah yang dikelola jemaah Ahmadiyah. Jadi, nanti kita akan siapkan sekolah bagi warga setempat yang non-Ahmadiyah,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Dewan Kehormatan FPI Tasikmalaya Muhammad Sofyan Anshori. Ia mengatakan FPI akan siap membina mantan Ahmadiyah dengan memberikan pelatihan di beberapa bidang keahlian. FPI dan Kementerian Agama akan bekerja sama dan memperhatikan kondisi ekonomi warga.

“Kami akan aktifkan Inkasa –Ikatan Mantan Korban Aliran Sesat Ahmadiyah, dan kami akan melakukan pelatihan di bidang peternakan, perikanan, dan pertanian,” ungkapnya.

Sofyan menambahkan, ajakan agar pengikut Ahmadiyah memeluk Islam dilakukan dengan pendekatan dakwah, konsultasi, dan diskusi di rumah jemaah. “Konsultasi dilakukan dengan cara santai. Kebetulan saya suka dakwah di sana (Kutawaringin). Alhamdulillah mereka tergugah,” kata dia.

Memeluk Islam

Rani dan kedua orang tuanya kembali memeluk Islam. Dirinya menjadi penganut Ahmadiyah karena dikenalkan kedua orang tuanya sejak kecil apalagi di kampung halamannya di Desa Kutawaringin 90 persen warganya merupakan penganut Ahmadiyah. Alhamdulillah kini ia memeluk Islam juga bersama dengan kedua orang tua.

Rani menuturkan, dirinya memeluk Islam murni atas keinginan sendiri. Ia bersaksi, jemaah Ahmadiyah sudah menyimpang. Dia mengaku menganut Ahmadiyah karena orang tuanya juga penganut Ahmadiyah. “Niat shalat berbeda. Selain itu, bacaan shalatnya juga beda, ada yang ditambahi,” ungkap perempuan berkerudung itu.

Masuk Islamnya beberapa warga Ahmadiyah kerap mendapat ancaman dari warga Ahmadiyah lainnya. Apalagi di Desa Kutawaringin merupakan basis terbesar penganut Ahmadiyah di Tasikmalaya. Mereka pun melakukan tindakan fisik dan ancaman.

Rani mengaku penganut Ahmadiyah yang insaf di kampungnya kerap mendapatkan intervensi sampai ancaman dari warga Ahmadiyah lainnya. “Beruntung saya rumahnya bukan di wilayah padat pemukiman. Penganut Ahmadiyah memang sudah turun temurun kalau di Salawu mah,” katanya.

Hal yang sama dituturkan Wahyu, pengurus salah satu ormas Islam di Tasikmalaya. Ia membenarkan sering munculnya intervensi bagi penganut Ahmadiyah di Salawu yang masuk Islam. Malah, ada rumah warga Ahmadiyah yang masuk Islam, sampai dirusak. “Pernah warga yang keluar Ahmadiyah sampai dilempari batu,” kata Wahyu yang juga masih warga Salawu.
 
Posting R.E