Ketua
Umum Front Pembela Islam (FPI) mempertanyakan kemana dokumentasi pidato
para tokoh Islam saat sidang BPUPKI digelar tahun 1945. Sebab, semua
pidato tokoh-tokoh sekuler, seperti Soekarno, Muhammad Yamin dan Mr
Soepomo, hingga saat ini ada di Arsip Nasional sementara pidato
tokoh-tokoh Islam tidak ada.
"Kenapa, siapa yang menghilangkan, siapa yang menyembunyikan?. Apakah
itu di tangan seseorang yang belum dikeluarkan atau sudah dimusnahkan?",
tanya Habib Rizieq saat meluncurkan buku "Wawasan Kebangsaan Menuju
NKRI Bersyariah" di Istora, Senayan, Jakarta, Kamis sore (7/3/2013).
Menurutnya, ketiadaan dokumentasi ini membuat generasi sekarang buta
terhadap sejarah.
Habib Rizieq mempertanyakan soal ini saat membahas soal sila pertama
dalam Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurutnya tidak benar
bahwa sila tersebut adalah produk Bung Karno. Alasannya, sebelum
Soekarno pidato dalam sidang BPUPKI itu, telah banyak tokoh yang
berpidato, baik tokoh Islam maupun sekuler, yang semuanya mengusulkan
dasar negara.
"Tapi sayang sejuta sayang, pidato tokoh-tokoh Islam sampai hari ini di
Arsip Nasional tidak ada. Pidato Yamin ada, pidato Soepomo ada, pidato
Soekarno ada. Kenapa pidato tokoh Islam tidak direkam, ngga dicacat, ngga dimuat?. Padahal dalam notulen rapat harus ada," tanya Habib dengan nada tinggi.
Kenapa Tak Dicatat?
Habib Rizieq lantas mengurai pidato dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni
1945. Saat itu Yamin dan Soepomo menawarkan lima dasar negara. Soepomo
menyebut Pancadharma. Sedangkan Yamin mengusulkan nama Lima Dasar
Negara, tidak menggunakan istilah Sansekerta. Dalam sidang ini Soekarno
berpidato terakhir. Sehingga dimungkinkan dia hanya melakukan resume
dari pidato-pidato sebelumnya.
Dalam usulannya, ternyata Bung Karno menempatkan sila Ketuhanan pada
sila kelima. Bukan sila pertama. Sementara Yamin dan Soepomo menempatkan
sila Ketuhanan pada peringkat ketiga.
"Tak ada tokoh sekuler yang menempatkan sila Ketuhanan pada sila
pertama. Itu pun mereka hanya menyebut Ketuhanan. Tidak ada embel-embel
syariat atau Yang Maha Esa. Hanya Ketuhanan," jelas Habib.
Lalu bagaimana sila Ketuhanan bisa menempati sila pertama dalam Pancasila?. Inilah pertanyaan selanjutnya.
"Alhamdulillah, dalam sidang BPUPKI, Bung Karno,Yamin, Soepomo, tidak
mampu berdebat dengan para ulama kita," kata Habib Rizieq.
Tokoh-tokoh Islam yang dimaksud Habib rizieq yang berada di BPUPKI yang
kemudian menjadi Panitia Sembilan itu antara lain KH. Wachid Hasyim,
Abdul Kahar Muzakir, Abikoesno Tjokrosoejoso dan H. Agus Salim.
"Empat orang ini jenius, pintar, dan ahli diplomatik. Mereka berdebat
di BPUPKI melawan Bung Karno, Hatta, Yamin yang sekuler. Tokoh sekuler
itu tak ada yang menang, sampai deadlock. Akhirnya dibentuk Panitia
Sembilan, mereka debat lagi dengan kelompok sekuler. Hasilnya Ketuhanan
naik jadi sila pertama," jelasnya.
Habib mengungkapkan, dokumentasi inilah yang hendak dicari di Arsip
Nasional. Sebab patut diduga, sebelum Soekarno pidato, tokoh-tokoh Islam
sudah menawarkan terlebih dahulu lima dasar negara dengan sila
pertamanya adalah Ketuhanan.
"Ini tidak ada rekamannya di Arsip Nasional. Kenapa, kok yang mencatat
pidato tokoh-tokoh Islam ngga ada?. Ini pertanyaan sejarah, berarti ada
yang ngga beres," pungkasnya.
Sumber : Suara-Islam.com