Dari
balik terali besi LP Batu Nusakambangan ulama sepuh tersebut berwasiat
kepada umat Islam. Berikut ini adalah risalah singkat ustadz Abu Bakar
Ba’asyir tentang hikmah Idul Adha 1433 H yang secara eksklusif diterima
redaksi voa-islam.com.
Esensi Qurban adalah Menerapkan Al-Wala wal Bara’
Pelajaran
yang bisa dipetik dari Idul Adha ini, kita kembali kepada riwayat kisah
Nabi Ibrahim Alaihis Salam, yang disebut oleh Allah millah Ibrahim, yang kita diperintahkan untuk mengikutinya.
ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian
Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. (Q.S. An-Nahl: 123)
Bahkan Allah berfirman bahwa orang yang mengingkari millah Ibrahim adalah orang yang bodoh.
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri… (Q.S. Al-Baqarah: 130)
Millah ibrahim itu cirinya dua; yaitu Al Wala’ wal Bara’. Ini pelajaran yang diberikan dalam millah ibrahim. Wala’
artinya loyal, mencintai, membela. Jadi kalau sudah perintah Allah anda
mesti loyal, mesti cinta, apa pun bentuk perintah itu. Meskipun
kelihatannya kejam, kalau perintah Allah sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat).
Contoh loyal dalam millah Ibrahim
yang pertama adalah ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menempatkan
istrinya yang baru punya anak kecil di satu padang tandus yang tidak
ada tumbuh-tumbuhan.
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati… (Q.S. Ibrahim: 37)
Menurut
akal itu mereka bisa mati, mereka hanya diberi bekal beberapa hari. Tapi
karena ini perintah Allah, maka sami’na wa atha’na, diletakkanlah
mereka.
Ketika
istrinya bertanya; wahai Nabi Ibrahim mengapa anda meletakkan kami di
sini? Nabi Ibrahim menjawab bahwa itu perintah Allah. Akhirnya kemudian
dari sinilah sampai ada air zam-zam, lalu perintah sa’i dari shafa ke
marwa.
Kemudian wala’
yang kedua ketika anaknya besar, bisa membantu ayahnya untuk mendirikan
Ka’bah, ahlaknya baik, rupanya juga baik. Ayah mana yang tidak cinta
pada anak semacam itu? Satu-satunya anak yang nantinya jadi Nabi yaitu
Ismail.
Lalu timbul perintah lagi; sembelih anakmu! Karena ini perintah Allah, sami’na wa atha’na. di dalam Al-Qur’an itu:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ
أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".Jadi
sampai betul-betul mau disembelih, sudah diletakkan lalu diganti oleh
kambing. (Q.S. Ash-Shaffat: 102)
Jadi hikmah qurban di sini adalah, kita harus siap berkorban untuk melaksanakan wala’. Kalau perintah Allah, apa pun pengorbanannya sami’na wa atha’na.
Meskipun perintah Allah ini menurut akal menyebabkan saya mati, selama
ada kekuatan akan saya amalkan. Pokoknya perintah Allah mesti baik,
tidak ada perintah Allah itu yang mencelakakan.
Kemudian yang kedua, adalah bara’. Menghadapi kemunkaran, Nabi Ibrahim tidak separuh-separuh, seperti dalam surat Al-Mumtahanah:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah
selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja... (Q.S. Al-Mumtahanah: 4)
Jadi
kalau persoalan menghadapi syirik, damai itu tidak ada. Bahkan Nabi
Ibrahim pernah menghancurkan berhalanya meskipun itu tujuannya untuk
dakwah. Berhala yang besar tidak dihancurkan lalu kapaknya dikalungkan.
Sehingga kalau kita tahu pun harusnya begitu, kalau kita tahu ada tempat syirik kita boleh menghancurkannya. Itulah wala wal bara’-nya Nabi Ibrahim.
Karena ini millah ibrahim,
maka Nabi Muhammad pun mengamalkan. Nabi Muhammad pun dituduh keras
oleh orang Quraisy. Ibadah orang Quraisy menyembah berhala itu kan ada
sejak nenek moyang, lalu tahu-tahu ditentang oleh Nabi Muhammad tanpa
kompromi. Sampai Abu Jahal mengusulkan supaya kita melunak, kerjasama;
menyembah Allah menurut agamamu sekian tahun dan sebaliknya, lalu
turunlah surat Al-Kafirun itu.
Jadi millah ibrahim itu isinya dua; wala wal bara’,
inilah yang kita disuruh mengamalkan. Jadi Idul Adha itu bukan sekedar
qurban kambing, sebab yang diterima itu adalah takwanya.
Maka yang terpenting adalah qurban dalam rangka menjalankan wala’ wal bara’ karena kedua-duanya memerlukan pengorbanan, inilah inti dari Idul Adha yaitu untuk melaksanakan millah ibrahim.
Memang di dalam terjemahan Al-Qur’an ini hanya diterjemahkan agama saja, tidak diterangkan apa maksudnya. Padahal intinya millah ibrahim itu adalah Al Wala Wal Bara’ yang oleh setan BNPT itu pernah diusulkan tidak boleh diterangkan. Wallahu a’lam.
Sumber : voa-islam