Puluhan massa dari. Front Pembela Islam (FPI)
mendatangai komplek Pemkab Cianjur, Jum'at (25/4/2014). Mereka datang
sekitar pukul 14.30 WIB dengan menggunakan kendaraan terbuka dan puluhan
sepeda motor dibawah kawalan aparat kepolisian.
Juru bicara FPI Asep Lukmanul Hakim mengungkapkan, kedatangannya
ke Pemda bukan untuk minta proyek, tapi mengingatkan ke para pejabat
bahwa mereka harus ingat memiliki tanggungjawab kepada rakyat.
"Jika
pemerintah tidak bisa menjaga kredibilitas, kalau dulu Cianjur sebagai
kota santri, sekarang sudah menjadi kota diskotik dan miras dan menjadi
sarang-sarang koruptor pencuri uang rakyat. Tolong diberi teguran kalau
pimpinan kita ada kesalahan," kata Lukmanul Hakim.
Pihaknya merasa
kecewa adanya Gerbang Marhamah (Gerakan Masyarakat Berakhlakul Karimah)
yang sudah tidak cocok dengan akhlakul karimah di Cianjur. Karena
didalamnya sudah ada tempat diskotik, dan miras.
"Pemda hanya
mengambil uangnya saja, banyak masyarakat yang menjadi korban. Yang
memberi ijin diskotik siapa, Pemda harus bertanggungjawab atas rakyat.
Kami datang minta keadilan, bukan proyek, kami tidak nyaman, tidak aman,
karena Pemda tidak bertanggungjawab," tegasnya.
Pihaknya juga
mengakui, banyak laporan yang diterimanya terkait dengan pelaksanaan
Pileg 2014 di Kabupaten Cianjur. Salah satunya kinerja PPK dan KPU
Cianjur yang diduga melakukan pelanggaran.
"Tolong wartawan,
sampaikan masalah ini ke SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) bahwa Canjur
bobrok. Kami akan datang ke KPK, dan saya saya akan melaporkan ke SBY
dengan masa lebih banyak," katanya.
Selesai melakukan orasi di
Pemda, rombongan massa FPI itu mendatangi Kantor KPU Cianjur di Jalan
Ir. H. Juanda (Selakopi). Dibawah kawalan ketat aparat kepolisian,
mereka kembali menggelar orasi dengan tema yang tidak jauh berbeda.
Tidak ada satupun komisioner KPU yang menemui massa. Sampai akhirnya
mereka mebubarkan diri dengan tertib
Front Pembela Islam (FPI) Cianjur, Jabar, menuntut Ketua KPU Cianjur
mundur dari jabatnya dan mempertanggungjawabkan perbuatanya karena telah
menyakiti hati rakyat dengan dugaan terjadinya pengelembungan suara.
Sekjen FPI Cianjur Asep Lukman Nulhakim, Jumat (25/4), mengatakan,
pihaknya banyak mendapat laporan dari berbagai kalangan tentang sejumlah
pelanggaran yang dilakukan KPU Cianjur, sehingga membuat pihaknya
geram.
"KPU dan PPK sebagai penyelenggara pemilu sangat buruk karena
diduga mengelembungkan suara calon yang kalah sehingga duduk di kursi
dewan. Sudah saatnya Kota Santri ini dibersihkan. Kami meminta Ketua KPU
Cianjur mundur dan diadili," katanya.
Indikasi pengelembungan yang
dilakukan KPU dan PPK itu, ungkap dia, sangat terlihat dari hasil akhir
dimana sejumlah nama yang awalnya tidak mendapat suara, dinyatakan
mendapat kursi sebagai wakil rakyat. "Ini tidak ada kepentingan lain,
kami melakukan aksi hanya menyampaikan aspirasi umat, agar semua lembaga
menjalankan tugasnya, menjalankan amanah dengan baik, benar dan jujur
untuk bangsa dan negara," ucapnya.
Bahkan, pihaknya akan mengerahkan
massa lebih banyak jika sejumlah pelanggaran yang dilakukan KPU Cianjur
tidak ditindaklanjuti dengan serius pihak berwenang termasuk
kepolisian.
Sebelumnya, massa yang tergabung dalam FPI Cianjur
mendatangi Kantor PPK Cianjur yang terletak di Kantor Kecamatan Cianjur.
Massa sempat melakukan orasi dan melakukan sweping ke kantor PPK yang
sudah kosong.
Tidak puas dengan aksi di depan Kantor PPK, masa
melanjutkan aksinya di Kantor Pemkab Cianjur. Tidak mendapati satu
pejabat pun, massa akhirnya melanjutkan aksi ke Kantor KPU Cianjur dan
sempat melakukan orasi dan mengancam akan mendatangkan massa dari semua
penjuru Cianjur.
Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat dari aparat
kepolisian dan saat menggelar aksi di halaman Kantor KPU Cianjur,
Polres Cianjur, menerjunkan ratusan anggota Pasukan Anti Huru-Hara.