Munarman, SH
Ketua DPP FPI Bidang Nahi Munkar
Sungguh mengherankan kelakuan Presiden SBY ketika menghadapi perjuangan
Front Pembela Islam (FPI) untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar di
Indonesia. Dengan respons super cepat, Presiden SBY selalu berkomentar
miring terhadap berbagai kejadian yang melibatkan FPI, seperti dalam
kasus Palangkaraya dan terakhir kasus Kendal dan Lamongan.
Dalam kasus Palangkaraya dan Kendal, secara terang-terangan SBY mengecam
FPI karena dinilainya telah bertindak anarkis, tanpa terlebih dahulu
tabayyun (check and recheck) dengan menanyakan kepada aparat
intelijennya yang pasti mengetahui kronologi kejadiannya. SBY secara
serampangan dan asal njeplak hanya mendengarkan berita dari media massa,
padahal media massa di Indonesia dikendalikan gerombolan Sepilis,
Salibis dan Zionis beserta antek-anteknya. Maka tidaklah mengherankan
jika mereka memberitakan FPI pasti negatif, meskipun sesungguhnya
anggota FPI selalu menjadi korban keganasan para preman kemaksiatan yang
berkolusi dengan aparat keamanan dan pejabat pemerintahan daerah.
Bahkan dalam kasus Palangkaraya awal tahun 2012 lalu, empat pimpinan FPI
hampir saja dibunuh didalam pesawat oleh ribuan gerombolan bersenjata
tajam antek Gubernur Kristen Teras Narang yang menyerbu dan menduduki
Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sementara dalam
kasus Kendal, 40 anggota FPI tanpa senjata di dalam masjid dikepung 200
preman Ronggolawe bersenjata tajam, mereka adalah beking lokalisasi Alas
Karet (Alaska) Kendal yang diduga kuat bekerjasama dengan oknum anggota
Dewan yang bejat akhlaknya dan aparat keamanan setempat.
Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan Ketua DPP FPI Bidang
Nahi Munkar, Munarman SH, seputar kasus Kendal dan tekad FPI untuk terus
mendakwahkan amar makruf nahi munkar.
Bagaimana latar belakang kasus Kabupaten Kendal Jawa Tengah
dan Kabupaten Lamongan Jawa Timur yang difitnahkan kepada Front Pembela
Islam (FPI) ?
Peristiwa Kendal dan Lamongan sebenarnya adalah gerakkan nahi munkar
oleh elemen masyarakat yang sudah muak dengan berbagai macam
kemaksiatan. FPI selama ini dikenal sebagai organisasi yang paling aktif
dalam amalan ini. Rupanya para mafia dan preman yang selama ini hidup
dari kegiatan maksiat, dan orang-orang yang menikmati atau konsumen
kegiatan maksiat seperti pelacur, pejudi, para pemabuk, pezina, kaum
homo, lesbian, tukang kumpul kebo dan pengguna narkoba, pastinya
terganggu dengan kegiatan pemberantasan kemaksiatan tersebut. Mereka
ini, baik para penyedia jasa kemaksiatan maupun konsumen kemaksiatan
bersatu padu melakukan perlawanan terhadap gerakan nasional anti
maksiat.
Kemudian ada berbagai kelompok ideologis, yaitu kaum kafir, fasiq dan
zindiq yang memang secara ideologis menentang segala bentuk perintah dan
larangan dalam Syariat Islam, yang memanfaatkan kejadian di berbagai
daerah ini untuk menghantam Syariat Islam dan membubarkan organisasi
yang aktif memberantas segala bentuk kemunkaran seperti FPI. Maka FPI
dijadikan sasaran tembak oleh mereka.
Fitnah dan tuntutan pembubaran FPI ini menjadi gorengan media massa
sekuler yang memang secara ideologis dikuasai oleh orang-orang kafir,
zindiq dan fasiq. Makanya berita di media massa tersebut seragam dan
kompak mengarahkan pada pembubaran FPI. Saya pahamlah, karena selain
ideologi yang anti Syariat Islam, banyak oknum yang bekerja di media
sekuler tersebut adalah juga konsumen miras, pengguna narkoba dan
pengguna jasa pelacur. Jadi setiap ada peristiwa yang sebenarnya adalah
pemberantasan kemunkaran, pasti akan diikuti dengan berita tuntutan
pembubaran FPI, makanya FPI selalu disebut dalam setiap pemberitaan yang
terkait dengan gerakan anti maksiat. Sedangkan lihainya media sekuler
adalah, merekayasa berita seolah-olah FPI versus masyarakat. Inilah
fitnah keji yang dilakukan oleh media sekuler tersebut.
Dalam kasus Kendal, bagaimana keterlibatan gang preman
Ronggolawe dalam membekingi lokalisasi pelacuran Alas Karet (Alaska),
padahal selama ini Kendal dikenal sebagai wilayah santri ?
Peristiwa Kendal yang di blow up media sekuler adalah peristiwa yang
terjadi satu hari setelah aksi penutupan tempat pelacuran Alaska. Pada
hari kedua, pada saat Laskar FPI mengadakan acara ifthor puasa bersama
di daerah Kendal, ada oknum-oknum intel Polres yang memberitahukan
kepada para preman Ronggolawe bahwa ada orang-orang FPI yang datang ke
Kendal. Atas informasi tersebut, para preman Ronggolawe kemudian
menggalang massa preman, bahkan dari luar Kendal untuk menyerbu anak
anak FPI yang akan melakukan acara Ifthor tersebut. Jadi penyerangan
terhadap FPI ini memang sudah dipersiapkan matang. Ada fakta menarik,
para preman Ronggolawe tersebut menelpon jaringan preman bahkan hingga
ke Jogja agar datang membawa massa untuk menyerang FPI. Kebetulan yang
ditelpon adalah preman yang sudah insyaf dan masuk FPI, ditelpon oleh
para preman Kendal Ronggolawe. Jadi bukan masyarakat Kendal yang menolak
aksi FPI tersebut.
Masyarakat Kendal bahkan mendukung aksi penutupan tempat pelacuran
Alaska tersebut, banyak tokoh-tokoh pemuda dari organisasi Islam yang
sudah meminta agar tempat pelacuran tersebut ditutup. Namun karena
rekayasa berita dari media sekuler, masyarakat yang mendukung tersebut
tidak ditampilkan oleh media sekuler. Jadi kesannya seolah-olah
masyarakat malah mendukung kemaksiatan. Inilah fitnah terkeji yang
dilakukan oleh media media sekuler.
Apakah ada oknum anggota Dewan dan Pemerintahan serta aparat keamanan Kendal yang menjadi beking Alaska ?
Itu yang tampil di TV One adalah salah satu pendukung kemunkaran dan
kemaksiatan. Ini orang pintar omong, rumahnya hanya berjarak 2 km dari
pusat pelacuran Alaska, dan katanya dia menolak pelacuran. Nyatanya
dengan kekuasaan yang dia punya untuk mengusulkan Perda penutupan tempat
pelacuran atau melarang berbagai bentuk kemaksiatan saja tidak
dilakukan. Ini terbukti dengan masih eksisnya berbagai kemaksiatan di
Kendal. Jadi omong kosonglah dia ini.