Selain kaum liberal dan Jokowi-Ahok yang mengecam FPI, Kedubes AS di Jakarta, juga mengecam keras perilaku Front Pembela Islam.

Dalam Laporan Kebebasan Beragama 2012, Kedubes Amerika menuduh FPI sering melakukan serangan kepada kaum minoritas. Kedubes AS menyatakan : 

“Melalui serangan-serangan terkoordinasi, intimidasi, serta paksaan -- kadang bekerja sama dengan aktor pemerintah - kelompok garis keras seperti FPI, dan cabang MUI, seringkali berhasil membatasi hak-hak kelompok agama minoritas. Massa yang tidak jelas afiliasinya juga terlibat dalam aksi kekerasan dan diskriminasi mengatasnamakan agama. Antara Januari dan Juni, Setara Institute melaporkan 111 kasus di mana aktor non-negara melanggar atau melakukan diskriminasi terhadap kelompok agama minoritas. Menurut laporan tersebut, Jawa Barat dan Jawa Timur merupakan dua provinsi yang paling sering terjadi peristiwa kekerasan komunal dengan latar belakang agama. Setara juga mencatat adanya peningkatan dalam pengumpulan data sosial selama tahun lalu, seperti melakukan survei di enam provinsi tambahan.

Kelompok-kelompok garis keras, termasuk FPI, melanjutkan serangan mereka terhadap jamaah Muslim Ahmadiyah dan terhadap individu atau kelompok yang mereka anggap menyimpang.

FPI juga menekan pemerintah untuk bertindak sesuai dengan keinginan FPI. Bulan Mei, persis sebelum konser penyanyi pop Lady Gaga yang sudah dijadwalkan pada tanggal 3 Juni, anggota FPI meminta pembatalan konser tersebut. FPI mengatakan bahwa konser tersebut amoral dan tujuan mereka adalah melindungi masyarakat Indonesia dari dosa. Menjelang acara, foto anggota FPI dengan wajah tertutup sambil memegang tiket konser muncul di Internet berikut dengan ancaman kekerasan terselubung bila konser tetap dilangsungkan. Karena pertimbangan keamanan, polisi menolak untuk memberikan izin konser, dan acara akhirnya dibatalkan. Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan bahwa ia yakin pembatalan tersebut membawa manfaat bagi negeri ini.” (lihat http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/…/keyreports_irf-20…)

Selain kedutaan Amerika, kaum liberal di Indonesia juga sudah lama mengecam FPI dan menginginkan FPI segera dibubarkan di Indonesia. Ketika minggu lalu, FPI mengadakan aksi demonstrasi tolak Ahok jadi gubernur, tokoh-tokoh liberal ramai bertweeter ria mengecam FPI.

Ade Armando menyatakan dalam tweeternya; “Naiknya Jokowi ke kursi RI-1 dan Ahok ke DKI-1 -- akhirnya -- akan mengakhiri masa kejayaan preman-preman FPI.” Ahmad Sahal menyatakan: “Ini soal menyelamatkan republik dari racun intoleransi dan premanisme berjubah.” Ulil Abshar Abdalla berujar: “Mantap! | Ahok Siapkan Surat Rekomendasi Pembubaran FPI”

Presiden terpilih Jokowi pun gak kalah galaknya mengomentari aksi-aksi FPI.  "Kalau ormas anarkistis, kita gebuk," ujar Jokowi. Kapolda Metro Jaya Unggung Cahyono dan Wagub DKI Ahok juga menyiapkan rekomendasi ke Mendagri untuk pembubaran FPI. Tapi nampaknya Mendagri Gamawan Fauzi malas menanggapi tuntutan-tuntutan pembubaran FPI itu. Mendagri menyatakan bahwa pembubaran itu adalah wewenang Kemenkumham dan pengadilan yang bisa membubarkan ormas seperti FPI.

Seperti diketahui terjadi permusuhan lama antara Gamawan dengan Ahok. Keduanya pernah debat keras di publik soal Lurah Susah (Kristen) yang diangkat Jokowi-Ahok untuk memimpin di wilayah Lenteng Agung yang mayoritas penduduknya Muslim. Karena itu sejumlah pihak menduga bahwa persekongkolan Jokowi-Ahok untuk membubarkan FPI ini akan berlanjut dengan pengangkatan Mendagri dan Kemenkumham yang baru nantinya.
Menanggapi kedubes AS, Jokowi-Ahok dan kalangan liberal yang anti FPI, Ustadz Arifin Ilham santai saja. Pemimpin Majelis Adz Dzikra ini menyatakan :  “Saya Muhammad Arifin Ilham mencintai Habib Rizieq Syihab dengan segala konsekuensi,” Arifin memuji Front Pembela Islam yang telah bertindak sebagai tangan dalam operasional nahi munkar.“FPI dalam tubuh umat Islam Indonesia laksana tangan, inilah dakwah termulia,”tegas ustadz kondang ini.

Sumber : Suara islam.online