TULUNGAGUNG - Alhamdulillah, pada Selasa (28/10/2014) acara seminar
Halaqah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang digelar Front Pembela Islam
Tulungagung di Gedung Balai Rakyat kota Tulungagung berjalan sukses dan lancar.
Seminar atau Halaqah Aswaja bertema "Harmonisasi Kesatuan Umat Penuh
Rahmat" diikuti oleh ratusan perwakilan ormas, kalangan pondok pesantren
NU, Muhammadiyah, serta MUI Tulungagung.
Acara- yang dihadiri
langsung Dewan Pakar Aswaja Center PWNU Jatim KH. Faris Khoirul Anam
serta Imam Besar FPI Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab ini mendapat
tentangan dan teror ratusan preman, pemilik café dan mucikari. Mereka
menggelar demonstrasi di depan gedung DPRD yang berjarak hanya sekitar
100 meter dari lokasi halaqah.
Sementara itu, ketika rangkaian
acara halaqah berlangsung, massa kontra FPI melakukan orasi dan aksi
duduk di jalan raya depan Gedung DPRD, menunggu perwakilan mereka
berdialog dengan para wakil rakyat di dalam gedung.
Massa
pendemo juga mengibarkan spanduk, bendera, serta "slayer" berisi simbol
serta tulisan penentangan terhadap FPI. Mereka beralasan FPI dinilai
kerap membikin gerakan kekerasan.
Dikonfirmasi soal penolakan
tersebut, usai acara Habib Rizieq menjelaskan kepada awak media bahwa
FPI sudah biasa dan tidak kaget dengan penolakan seperti itu. Biasanya
yang menolak kehadiran FPI adalah para germo, mucikari, pelacur, pemilik
café, penyelundup, koruptor, aliran sesat, oknum pejabat bejat, ataupun
missionaris yang terganggu agendanya. Mengenai siapa yang berdemo di
Tulungagung tersebut, Habib Rizieq menyerahkan penilaiannya kepada para
awak media yang dianggap lebih tahu.
Habib Rizieq menambahkan,
kehadiran FPI di Tulungagung tidak “ujug-ujug” begitu saja. FPI hadir
karena banyaknya permintaan masyarakat, para ulama, para kyai, para
santri dan para tokoh masyarakat. Mereka berharap agar bisa bekerja sama
dengan FPI untuk mewujudkan kota Tulungagung yang baik, sholeh dan
penuh berkah.
Mengenai tuduhan para demonstran bahwa FPI akan
berbuat anarkhis, Ketua FPI Tulungagung Haji Nurkholis mengatakan “"FPI
memiliki standar prosedur perjuangan dan tidak asal berbuat anarkis. Ada
sekian tahapan gerakan dalam rangka amar makruf nahi munkar yang kami
berlakukan, mulai dari menerima laporan, investigasi, dakwah, hingga
gerakan nonligitasi, termasuk melalui unjuk rasa," jelasnya.
OKNUM PEJABAT DIBALIK DEMO TOLAK FPI ?
Di tengarai aksi penolakan FPI tersebut disponsori oleh oknum pejabat
di Tulungagung. Kehadiran FPI rupanya menjadi “momok” tersendiri bagi
sang oknum pejabat yang terlibat dalam bisnis esek-esek, sehingga
raturan café merajalela di Tulungagung.
Diantara café-café
tersebut banyak yang menyediakan menu minuman keras, bahkan sebagian
diantaranya juga menyediakan wanita penghibur, dalam bentuk tarian
erotis ataupun pelacuran.
MOMEN PERSATUAN DAN DUKUNGAN
Sejak awal, FPI sudah mengendus akan adanya rencana demo penolakan
tersebut. Kabar tersebut lalu tersebar luas ke beberapa tokoh dan ormas
di Blitar dan Tulungagung. Salah satunya adalah Padepokan Pencak Silat
“Blumbang Segoro” pimpinan pendekar pencak silat Abah Haji Sulaiman. Ia
memerintahkan kepada ratusan anak buahnya untuk mengamankan Habib Rizieq
dari gangguan para preman.
Selain itu, tokoh-tokoh NU dan
Gerakan Pemuda Anshor nampak hadir dibarisan peserta halaqah Aswaja
tersebut. Di antara tokoh-tokoh yang hadir antara lain: KH. Kafa bihi
Mahrus Ali (pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri). KH. Muda'in (Rois
Tanfidz NU Blitar). KH. Nur Hidayatulloh (Wakil Syuriah NU Blitar). KH.
Abdul Hadi (Wakil Syuriah PWNU Jatim dan MUI Tulungagung), KH. Abu
Sufyan (sekertaris MUI Tulungagung). KH. Abdul Kholiq (Sesepuh Kyai
Tulungagung), Muhammad Munir (Ketua. GP Ansor Tulungagung), Para
pengasuh pondok pesantren Ngunut (pondok terbesar se-kabupaten
Tulungagung), dan banyak lagi para kyai, habaib dan pengurus NU lainnya
dari Kabupaten Tulungagung, Nganjuk, Pacitan, Madiun dan dari berbagai
daerah di Jawa Timur.