Bismillaah wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...

Suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada para Shahabat tentang bagaimana cara bertempur yang baik. Saat itu tampil 'Aashim ibnu Tsaabit RA sambil berdiri menjawab : "Wahai Rasulullah. Jika musuh dalam jangkaun panah, maka aku sambut dengan anak panahku hingga habis. Dan jika musuh dalam jangkauan tombak, maka aku sambut dengan tombakku. Serta jika musuh sudah dekat di hadapanku, maka aku sambut dengan pedangku."

Nabi SAW tampak senang mendengar jawaban 'Aashim RA, lalu beliau memujinya seraya bersabda : "Begitulah perang. Barangsiapa bertempur, maka bertempurlah dengan cara 'Aashim."
SUMPAH SULAAFAH

Dalam perang Uhud, 'Aashim RA berjihad dengan gagah dan berani serta piawai dalam tekhnik tempurnya. Hasilnya, 'Aashim RA mampu menumbangkan banyak musuh, diantaranya beliau berhasil membunuh tiga orang bersaudara sekaligus dari kalangan musyrikin, yaitu : Musaafi', Kilaab dan Al-Julaas. Ketiganya adalah putra dari pasangan Tholhah dan Sulaafah binti Sa'ad.

Dalam Perang Uhud, Sulaafah bersama wanita Kafir Quraisy lainnya ikut hadir di belakang pasukan Kaum Musyrikin untuk memberi semangat perlawanan terhadap Kaum Muslimin.
Usai perang, Sulaafah sibuk mencari suami dan ketiga anaknya yang tak kunjung muncul merayakan kemenangan Kafir Quraisy di Uhud. Akhirnya, ia menemukan suaminya dan dua anaknya yaitu Musaafi' dan Kilaab sudah terkapar tak bernyawa.

Sedang satu anak lainya yaitu Al-Julaas ditemukan dalam keadaan sekarat. Ia pun teriak histeris memeluk anaknya yang sedang sekarat. Ia bertanya kepada anak dalam pelukannya tentang siapa yang membuatnya seperti itu. Sang anak menjawab dengan tertatih-tatih bahwa dia dan kedua saudaranya tumbang di tangan 'Aashim RA. Lalu sang anak menghembuskan nafas yang terakhir dalam pelukan sang ibu.
Sulaafah makin histeris, dan ia menjerit bersumpah untuk balas dendam terhadap 'Aashim RA. Ia pun membuat sayembara bahwasanya barangsiapa yang bisa membawa kepala 'Aashim kepadanya akan dihadiahkan sebagian hartanya yang berlimpah. Dan ia pun bersumpah akan meminum arak dengan tengkorak kepala 'Aashim RA.

Banyak pemuda musyrikin di Mekkah yang berharap bisa membunuh 'Aashim RA, karena Sulaafah adalah wanita yang sangat kaya, sehingga jumlah sayembaranya teramat besar.
SYAHIDNYA 'AASHIM RA

Pasca Perang Uhud, di tahun 3 H Rasulullah SAW mengutus para Shahabatnya ke berbagai Daerah untuk berda'wah secara berkelompok. Salah satu Tim Da'wah berjumlah enam orang dipimpin oleh 'Aashim RA yang dikirim ke Suku 'Udhol dan Suku Al-Qooroh.

Di tengah jalan antara 'Usfaan dan Mekkah, Tim Da'wah 'Aashim RA dikepung oleh banyak orang kafir dari suku Hudzail. Mereka dipaksa untuk menyerah, tapi 'Aashim RA menolak.
Akhirnya, 'Aashim RA dan dua kawannya yaitu Martsad Al-Ghonawi RA dan Khoolid Al-Laitsi RA, gugur mati syahid. Sedang tiga kawan yang lainnya tidak berdaya, sehingga ditangkap dan ditawan, lalu dibawa ke Mekkah untuk dijual kepada Kafir Quraisy. Mereka yang ditawan adalah Abdullah ibnu Thooriq RA dan Zaid ibnu Ad-Dutsunnah RA serta Khubaib ibnu 'Adi RA.

Peristiwa di atas dalam Tarikh Islam disebut Peristiwa "Yaum Ar-Rojii'." Dalam peristiwa tersebut, sesaat sebelum 'Aashim RA menerjang para musuh, ia berdoa sambil menghunus pedangnya :
" اللهم إني أحمى لدينك وأدافع عنه ، فاحم لحمي وعظمي ولا تظفر بهما أحدا من أعداء الله "
"Ya Allah, sesungguhnya aku menjaga dan membela agama-Mu, maka jagalah dagingku dan tulangku, dan jangan Kau menangkan seorang musuh Allah pun dengan menguasai keduanya (daging dan tulang)."

LEBAH DAN BADAI GURUN

Para penjahat pembunuh 'Aashim RA tersebut pada awalnya tidak tahu bahwa salah satu yang terbunuh adalah 'Aashim RA yang kepalanya disayembarakan Wanita Kaya Sulaafah, sehingga mereka hanya membawa yang hidup untuk dijual di Mekkah, sedang yang mati ditinggalkan di tengah gurun, karena dianggap tidak bernilai lagi.

Namun beberapa waktu kemudian, Kafir Qurasy di Mekkah mendengar kabar bahwa salah satu yang dibunuh suku Hudzail adalah 'Aashim RA. Maka para Tokoh Kafir Quraisy mendatangi Suku Hudzail dengan membawa banyak hadiah dari Sulaafah untuk ditukar dengan kepala 'Aashim RA.
Mengetahui hal tersebut, para pembunuh 'Aashim RA dari Suku Hudzail segera bergegas kembali ke tempat pembunuhan 'Aashim RA untuk mengambil kepalanya buat ditukar dengan hadiah Sulaafah. Namun saat mereka sampai tampak jasad 'Aashim RA dikelilingi aneka Lebah Gurun dalam jumlah yang besar, sehingga mereka tidak bisa mendekat.

Mereka pun memutuskan untuk menunggu malam saat Lebah Gurun kembali ke sarangnya. Namun sebelum malam tiba, Badai Gurun datang dengan angin yang bertiup kencang disertai dengan hujan yang sangat lebat, sehingga para pemburu kepala 'Aashim RA terpaksa harus kembali untuk berlindung menyelamatkan diri semalaman.

Keesokan harinya, saat Matahari terbit dan cuaca cerah, mereka kembali untuk mengambil kepala 'Aashim RA, namun mereka tidak pernah lagi melihat jasad 'Aashim RA. Mereka mencari kesana kemari dan menggali pasir disana sini, tetap tidak pernah bisa menjumpai jasad 'Aashim RA.
KAROOMAH 'AASHIM RA
'
Aashim RA adalah shahabat yang beriman dan bertaqwa serta senantiasa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Seluruh hidup dan matinya diserahkan untuk meraih Ridho Allah SWT.
Allah SWT mentaqdirkan 'Aashim RA mati syahid dengan penuh kemuliaan di jalan-Nya. Allah SWT mengabulkan doa 'Aashim RA, sehingga tetap melindunginya agar tidak menjadi korban sumpah durjana Sulaafah yang ingin minum arak dari tengkorak kepalanya.

Subhaanallaah, 'Aashim RA diberikan oleh Allah SWT karoomah luar biasa saat syahidnya. 'Aashim RA pun dijuluki oleh para Shahabat dengan sebutan "Hamiyyud Dabir" artinya "Yang dijaga Lebah".
Lalu bagaimana nasib ketiga Shahabat lainnya yang ditawan dan dijual di Mekkah kepada Kafir Quraisy, di antaranya adalah Khubaib ibnu 'Adi RA ?

Insya Allah, pada artikel selanjutnya akan dipaparkan kelanjutan nasib Khubaib dan dua kawannya yang ditawan.

Rodhiyallaahu 'an 'Aashim wa 'an Jamii'ish Shohaabah.