Target jangka panjang dari upaya kriminalisasi isu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah untuk mencegah tegaknya syariat Islam di muka bumi. Caranya dengan memanfaatkan tokoh-tokoh Islam sendiri
supaya berdiri di garis terdepan menentang upaya penegakan syariat Islam.

Desain besar agenda ini sebenarnya dapat dengan mudah diketahui dari dokumen-dokumen yang dikeluarkan lembaga think-tank Amerika Serikat, Rand Corporation. Terbaru, lembaga ini bahkan menyarankan supaya dilakukan adu domba antarkelompok tandzim jihad.

Demikian dikatakan Direktur An Nashr Institute Munarman, SH dalam Majelis Taqarrub Ilallah dan Temu Pembaca Suara Islam di Masjid Baiturahman, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (30/8/2014).

Lontaran Munarman ini bukan tanpa fakta di lapangan. Contoh kecil, saat ini, akibat isu ISIS yang massif disiarkan media massa, sampai menimbulkan reaksi yang berlebihan di masyarakat. Hingga masyarakat tingkat bawah yang sejatinya tidak memahami persoalan turut memasang spanduk-spanduk penolakan terhadap ISIS. Meski Munarman sendiri menyangsikan bila spanduk-spanduk penolakan terhadap ISIS tersebut benar-benar dibuat warga.

"Gerakan spanduk ini ada yang menggerakkan. Ada kekuatan tertentu, siapa? Intelijen. Ini namanya operasi cipta kondisi," ungkapnya.

Menurut Munarman, melalui operasi ini sebenarnya yang hendak dipukul adalah Islam. Tetapi, karena tidak berani secara langsung memukul Islam maka digunakanlah sebuah ikon untuk personifikasi. "Kalau untuk lokal selama ini yang jadi ikon itu FPI," ungkap

Munarman yang juga petinggi DPP FPI. Dalam tataran global, kata Munarman, ikon yang dijadikan untuk menyerang Islam itu adalah ISIS. Maka digambarkanlah hal-hal yang negatif terkait ISIS. Sehingga masyarakat, terutama para tokoh Islam akan bersama-sama menolak adanya penerapan syariat Islam. Dan sekarang operasi ini benar-benar telah terjadi dan berhasil.

Karena itu Munarman mengajak umat Islam untuk tidak menelan mentah-mentah segala informasi yang disiarkan oleh media massa, terutama televisi. "Umat Islam ini harus lebih pintar. Buat apa kita menonton televisi kalau hanya menjejali kita," katanya.