Tidak banyak aktivis Islam vokal yang pemberani di negeri ini. Munarman
adalah salah satunya. Lelaki kurus tinggi semampai ini vokal menyuarakan
kepentingan-kepentingan umat yang sering ditindas di negeri Islam ini.
Mantan Ketua YLBHI yang ‘sudah tobat’ ini, kini menjadi andalan Front
Pembela Islam (FPI) dalam masalah-masalah hukum dan peristiwa-peristiwa
aktual di tanah air.
Meskipun banyak orang ‘ngeri’ mendengar komentar-komentarnya, tapi di
sisi lain banyak orang juga merasakan sedap uraian-uraiannya. Bila
tampil sebagai penceramah, Munarman memang jago dalam berorasi. Mungkin
kebiasaannya di LBH, argumen-argumen ia susun secara logis untuk
memperkuat pendapatnya. Karena itu ia kini sering diundang ormas-ormas
Islam atau pesantren-pesantren untuk menyampaikan berbagai hal tentang
permasalahan Islam di tanah air.
Lelaki kelahiran Palembang, 16 September 1968 itu juga pernah menjadi
‘musuh' Tempo. Pasca Insiden Monas 2008 lalu, Munarman sempat difitnah
Tempo mencekik seorang demonstran lawan. Padahal yang terjadi justru
sebaliknya, Munarman justru mencekik anak buahnya agar tidak berlaku
kasar kepada demonstran lawan. Koran Tempo sangat malu dengan kejadian
itu.
Pada April 2008, Munarman, sebagai Direktur An Nashr Institut, dan
Joserizal Jurnalis, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee
(MER-C) mengadakan konferensi pers yang berisi pernyataan permintaan
agar pemerintah Indonesia tidak memperpanjang lagi kerjasamanya dengan
Institut Riset Angkatan Laut AS Naval Medical Research Institute, Unit
No 2 (NAMRU-2) dan mendeportasi staff dan pegawainya yang telah
merugikan Indonesia karena menikmati status bebas pajak, akomodasi
gratis, dan memiliki kekebalan diplomatik, apalagi operasional Namru-2
terus berjalan walaupun kontraknya sudah habis. Pernyataan ini
dikemukakan karena keberadaan NAMRU-2 di Indonesia selama lebih dari 30
tahun dilihat tidak transparan dalam memberikan informasi kepada
pemerintah Indonesia dan tidak menguntungkan rakyat Indonesia. Pihak
Kedutaan Besar AS sendiri dalam penjelasan resminya mengatakan bahwa
NAMRU-2 adalah organisasi yang transparan yang hanya melakukan riset
medis dan keilmuan yang berfokus pada penyakit-penyakit tropis.
Riset-riset tentang penyakit-penyakit menular ini dilakukan untuk
kepentingan Amerika Serikat dan Kementrian Kesehatan Indonesia, serta
kepentingan komunitas internasional.
Munarman kemudian menyatakan dukungan terhadap Menteri Kesehatan
Indonesia Siti Fadillah yang menolak untuk mengirim sampel virus flu
burung. Menurut Munarman, pihak asing mendapatkan hal-hal yang lebih
besar dan manfaatnya secara ekonomis lebih besar dinikmati mereka. Atas
desakan berbagai pihak dan keberanian Menteri Kesehatan menolak Namru-2,
akhirya Namru-2 berhenti beroperasi pada 16 Oktober 2009.
Berikut penuturan Munarman kepada Suara Islam, tentang berbagai hal masalah yang mendera Indonesia saat ini :
Bagaimana Anda melihat terpilihnya Jokowi-JK ini?
Dalam sistem demokrasi yang saat ini diterapkan di seluruh dunia, maka
person atau individu yang menjabat untuk masa jabatan selama periode
tertentu tersebut hanyalah petugas administrasi yang diserahi tugas
untuk menjaga asset kaum kapitalis global dan lokal. Serta sekaligus
menjaga akses kaum kapitalis tersebut terhadap policy atau kebijakan
yang menguntungkan mereka untuk terus mengakumulasi kekayaan dan
assetnya. Jadi mau Jokowi atau Joko Tingkir, semua sama saja, hanya
salah satu aktor yang dipilih dari sekian aktor yang sudah mereka
siapkan. Nah kebetulan yang terpilih jadi presiden dan wakilnya saat ini
adalah para pengusaha yang memiliki kepentingan juga terhadap usaha
mereka, atau dengan kata lain presiden dan wakilnya saat ini adalah
kapitalis lokal. Tentu nantinya akan kita lihat benturan atau bahkan
kolaborasi yang makin erat dengan kaum kapitalis global. Kita lihat saja
nanti.
Menurut Anda bagaimana umat Islam sebaiknya menyikapinya?
Saya pikir umat Islam mesti mulai berhenti berfikir bahwa sistem
pemilihan dengan kotak suara yang disebut demokrasi ini bisa
menyelamatkan Islam dan umat Islam. Kenapa? Karena dengan sistem ini,
siapapun boleh mengajukan diri dan bisa terpilih menjadi pejabat publik,
sepanjang bisa melayani kepentingan kaum kapitalis baik global maupun
lokal. Jadi mulailah berfikir dengan cara pandang Islam dan berdasarkan
syariat Islam serta membangun sistem politik sendiri yang berdasarkan
Islam. Dalam sistem demokrasi ini, anjing saja bisa terpilih jadi
walikota, seperti yang baru baru ini terjadi di salah satu kota di
Amerika Serikat. Si anjing yang walikota ini dilantik tanggal 16 Agustus
yang lalu. Jadi sekali lagi, umat Islam mesti sadar, bahwa panggung
politik yang sekarang disiapkan oleh kaum sekularis ini adalah panggung
yang diperuntukan untuk menjauhkan umat Islam dari sistem kehidupan
Islam.
Menurut Anda apakah berani Jokowi merealisasikan beberapa
program dari Tim Pemenangannya yang menakutkan umat Islam (seperti :
penghapusan kolom agama, penghapusan perda syariat, pengesahan Ahmadiyah
bagian dari Islam dll)?
Itu sangat bergantung dari reaksi yang ditunjukkan oleh ormas Islam dan
tokoh Islam mainstream. Kalau ormas Islam mainstream tersebut berhasil
dibujuk dengan imbalan dunia, maka kebijakan tersebut bisa saja terjadi.
Sekarang aja kita bisa lihat, Menteri Agama Lukman Syaifudin sudah akan
mengakui Baha'i sebagai Agama. Jadi nggak usah nunggu Jokowi dilantik,
Jokowi belum dilantik saja ada yang sudah berani melakukan itu. Tentu
harapannya jabatan menteri tersebut akan terus digenggamnya, padahal itu
menteri dari partai Islam yang katanya memperjuangkan syariat Islam.
Hebat kan....?
Dengan terpilihnya Jokowi mungkinkah Indonesia semakin liberal? Atau aliran-aliran Islam Liberal makin marak di tanah air?
Indonesia ini sudah lama ditargetkan oleh dunia Barat untuk dijadikan
seperti Andalusia atau Filipina. Karena mereka sangat galau dengan
jumlah umat Islam di indonesia ini yang bisa jadi potensi yang
bertentangan dengan kepentingan Barat. Jadi sejak tahun 50-an, sudah
banyak mereka rekrut orang orang Indonesia dari kalangan umat Islam,
terutama kaum intelektualnya, agar mereka hasil didikan Barat ini yang
melakukan sekularisasi terhadap umat Islam di indonesia. Proses yang
efektif dalam sekularisasi ini adalah dengan memberikan beasiswa
terhadap para intelektual tersebut, dan setelah mereka pulang, mereka
inilah yang akan dimunculkan sebagai tokoh pembaruan Islam dan umat
Islam yang lugu ini akan terkagum- kagum dengan tokoh tokoh yang
mendapat tempat di berbagai media dan televisi tersebut.
Mungkinkah umat Islam akan kembali berhadapan dengan pemerintah kembali? Seperti ketika Orde Lama dan Orde Baru awal?
Saya pikir, kondisinya akan mirip ketika awal Orde Baru. Di mana pada
waktu itu, setelah umat Islam berhasil menumpas PKI, maka kaum liberal
dan kafir lainnya mulai menguasai pemerintahan.
Siapakah menurut Anda siapa yang paling berperan di pemerintahan Jokowi (anggapan banyak kalangan Jokowi adalah boneka)?
Kalau dilihat dari siapa yang mengelilingi jokowi saat ini, maka dapat
dipastikan peran CSIS (Center for Strategic and International Studies)
akan kembali menguat seperti di awal Orba dulu. Dari lembaga itulah
kebijakan anti Islam lahir di awal Orba dulu, seperti perubahan hari
libur dari Jumat ke Minggu, pelarangan jilbab, penghapusan mata
pelajaran agama diganti dengan budi pekerti, dll.
Benarkah Jokowi boneka? Bukankah ia seorang pengusaha yang seringkali punya pemikiran yang mandiri?
Mana ada pengusaha punya pikiran mandiri, yang ada itu pengusaha punya
tabungan di Bank Mandiri....hehehehe.... Pengusaha itu watak aslinya
adalah oportunis, di mana ada kesempatan atau peluang maka itu yang akan
dijalankannya, kan sudah dibuktikan oleh Jokowi sendiri. Ketika ada
kesempatan jadi gubernur, ambil, ketika ada kesempatan jadi presiden,
ambil, jadi praktis saja. Nah kaum internasionalis yang mengendalikan
sistem politik dan ekonomi dunia saat ini paling suka dengan orang yang
berwatak dan karakter opotunis seperti ini.
Fenomena istri Jokowi menjelang Pilpres berjilbab. Setelah
Pilpres selesai jilbabnya dibuka kembali. Bagaimana Anda memaknai ini?
Justru itu, itu kan semua dilakukan untuk membentuk citra diri dan image. Jadi
politik saat ini adalah politik kemasan atau politik citra atau politik
bungkus luar. Siapa yang bisa menampilkan citra yang disenangi oleh
manusia banyak, maka akan menjadi pujaan. Jadi itu jilbab politik tuh.
Lagian kan bukan jilbab yang digunakan oleh istri Jokowi itu, itu cuma
kerudung, kerudung politik namanya.
Beberapa kalangan mempersoalkan PDIP dan tokoh-tokoh Kristen di belakang Jokowi. Bagaimana anda menilai?
Ya jelas mereka ini yang akan berperan penting selama Jokowi berkuasa
jadi presiden. Lagian mengapa pula dipersoalkan orang Kristen dan kafir
berkuasa, kan memang dalam sistem demokrasi tak peduli Kafir atau
Mukmin, semua sama, boleh berkuasa. Kecuali kalau sistem Islam, maka
dengan sendirinya syarat utama untuk jadi penguasa itu adalah Mukmin.
Apa sebaiknya yang dilakukan tokoh-tokoh Islam ke depan?
Saya sarankan tokoh tokoh Islam ini mulailah berpikir yang lebih
mendasar dan ideologis, agar tidak rugi dunia akherat. Jadi kalau mau
berjuang, berjuanglah dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat Islam.
Jangan asal beramal, itu tadi nanti rugi dunia akherat kalau asal
beramal. Sudah kalah di dunia, rugi di akherat. Perjuangkanlah sistem
pemerintahan Islam, karena sistem itulah yang di ridhai Allah Swt.
Munarman, SH
Advokat, Direktur An Nashr Institute
Sumber : Suara-Islam.Online