Keberadaan Lembaga Survei pasca Reformasi, ternyata dimanfaatkan kekuatan politik sekuler dan liberal di Indonesia untuk memojokkan kekuatan politik Islam yang dimanifestasikan kedalam partai Islam dan partai berbasiskan massa Islam seperti PKS, PPP, PBB, PAN dan PKB. Sebab mereka khawatir jika partai-partai Islam itu berhasil memenangkan Pemilu 2014, maka mereka akan mengganti Dasar Negara Pancasila menjadi Dasar Negara Islam, sehingga Hukum Syari'ah akan berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Sementara Partai Islam dan Capres Partai Islam dituding tidak memiliki jiwa nasionalisme, sedangkan Partai Sekuler dan Capres Partai Sekuler (PG, PD, PDIP, Gerindra dan Hanura) berjiwa nasionalis tulen.
Padahal kemenangan berbagai Partai Islam
di wilayah Timur Tengah pasca Arab Springs seperti Ikhwanul Muslimin di
Mesir, An-Nahdah di Tunisia serta sebelumnya Hamas di Gaza Palestina
dan AKP di Turki, ternyata tidak serta merta menjadikan kelompok sekuler
dan liberal tersingkir dari percaturan politik nasional dan Hukum
Syari'ah berlaku sepenuhnya di berbagai negara tersebut. Terbukti
tokoh-tokoh Partai Islam yang memimpin negara masih bersedia berkoalisi
dengan para tokoh partai sekuler untuk bersama-sama mengatur negara.
Padahal ketika partai sekuler berkuasa berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Partai Islam dibekukan bahkan dibubarkan dan para pemimpinnya sama
menjadi penghuni jeruji besi rezim sekuler yang didukung kekuatan
militer dan Barat yang katanya demokratis tersebut.
Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam
dengan Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA (Ketua Umum DPP Front Pembela
Islam) seputar tanggapannya terhadap hasil survei yang terus memojokkan
Partai Islam dan Capres Partai Islam menjelang semakin dekatnya Pemilu
2014.
Survei terbaru LSI menyebutkan, popularitas Partai Islam dan Capres Partai Islam rendah. Bagaimana komentar Habib ?
Jangan percaya dengan survei kelompok
Liberal manapun, karena survei mereka bukan hanya sekedar polling atau
jajak pendapat, akan tetapi sekaligus merupakan propaganda pembentukan
opini untuk menggiring masyarakat agar ikut "design" mereka, sehingga
pilihan mereka akan menjadi pilihan masyarakat. Itu semua hanya untuk
memenuhi target pesanan politik dengan harga mahal.
Mulai dari pertanyaan hingga kelompok
masyarakat yang disurvei, semua sudah dikondisikan sesuai dengan pesanan
pasar politiknya. Hasil survei tentang Partai Islam di Pasar Liberal
tentu akan berbeda dengan hasil survei Partai Islam di Pasar Islam,
sebagaimana hasil survei tentang UU Anti Pelacuran di kelompok germo dan
pelacur serta pelanggannya dari strata masyarakat manapun, pasti akan
berbeda dengan hasil survei UU tersebut di kelompok ulama dan santri
serta aktivis Islam dari strata masyarakat manapun.
Dalam hasil survei LSI juga disebutkan tingkat popularitas Capres partai nasionalis cukup tinggi. Bagaimana komentar Habib ?
LSI tidak jujur, karena dalam surveinya
memberi opsi pilihan "Partai Islam" atau "Partai Nasionalis" ? dan
"Tokoh Islam" atau "Tokoh Nasionalis" ? Sehingga mengesankan bahwa
"Partai Islam" dan "Tokoh Islam" tidak nasionalis yaitu tidak berjiwa
kebangsaan. Ini penyesatan opini gaya LSI.
Kalau LSI jujur, mestinya buat opsi
pilihan "Partai Islam" atau "Partai Sekuler" ? dan "Tokoh Islam" atau
"Tokoh Sekuler" ? Atau buat opsi yang lebih jujur lagi, "Partai Islam"
atau "Partai Liberal" ? dan "Tokoh Islam" atau "Tokoh Liberal" ? Dengan
demikian, jelas sekali bahwa survei LSI tersebut curang dan culas,
serta penuh intrik yang licik.
Dalam survei LSI juga disebutkan
rendahnya popularitas Partai Islam karena adanya Ormas Islam yang suka
anarkhis. Bagaimana komentar Habib ?
Omong Kosong ! Tidak ada korelasinya !
Partai Islam dan Ormas Islam itu dua jenis organisasi yang berbeda.
Justru selama ini partai Islam terkadang ikut "menggebuki" ormas Islam
yang dianggap "anarkis". Itulah gaya Liberal LSI yang sambil survei
sekalian cari kambing hitam, yang tidak ada hubungannya pun "dipaksakan
untuk dikaitkan".
Kenapa LSI tidak mengaitkan kebobrokan
Partai Sekuler dengan anarkisme Massanya dan arogansi Tokohnya, yang
nyata-nyata memiliki korelasi yang sangat jelas ?! Misalnya, kenapa
mereka tidak survey tentang Partai manakah yang paling banyak money
politik, kalau kalah massanya mengamuk, menyerbu KPUD, merusak gedung
DPRD, bakar kantor Bupati, menganiaya lawan politiknya, membunuh Ketua
DPRD, yang Tokoh atau Kadernya banyak koruptor, provokator dan preman ?!
Jawabnya pasti bukan Partai Islam !!!
Kenapa Habib bersikap antipati terhadap Lembaga Survei, sekedar apriori atau ada argumentasi ?
Tentu antipati argumentatif, karena
sesuai fakta dan data, bukan konon katanya. Sebagai contoh kasus,
Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pada Agustus 2006 melakukan analisis
survei nasional tentang "Respon Publik atas Peraturan Daerah (Perda)
bernuansa Syariat Islam". Salah satu itemnya tentang Sistem Politik
Ideal, dengan hasil yang memilih opsi Negara Pancasila 69,6 % dan yang
memilih opsi Negara Islam 11,5 %, dan abstein 13,3 %, serta sisanya opsi
lain.
Dalam pertanyaannya, LSI menjebak
responden dengan opsi "Negara Islam seperti di Timur Tengah", sehingga
membentuk kesan tentang situasi Timur Tengah yang selalu kacau dan rusuh
agar responden enggan memilih opsi macam itu. Lalu dalam kesimpulannya
pun, LSI melakukan penyesatan opini bahwa yang setuju Syariat Islam
hanya 11,5 %, sedang abstein 13,3 % dan yang menolak 75,2 %. Aneh dan
lucu ! Hasil survei "Menolak Negara Islam seperti di Timur Tengah"
disimpulkan dengan "Menolak Syariat Islam" ?!
Selanjutnya dalam survei yang sama ada
item tentang Perda Anti Maksiat dengan hasil 89 % setuju dan 7 %
menolak, sedang 4 % abstein. Nah, kali ini 89 % responden yang "setuju
dengan pelarangan maksiat" oleh LSI tidak disimpulkan sebagai "setuju
dengan Syariat Islam". Padahal, anti Maksiat dalam item tersebut
dijabarkan oleh LSI sebagai Anti Miras, Judi dan Pelacuran yang
merupakan bagian dari Syariat Islam, dan judul utama surveinya pun
adalah "Respon Publik atas Peraturan Daerah (Perda) bernuansa Syariat
Islam". Semua itu apa namanya, kalau bukan penipuan, penyesatan,
propaganda dan penggiringan !!!
Nurkholish Majid pernah bilang, Islam yes Partai Islam no. Bagaimana tanggapan Habib ?
Ha...Haa...Haaa....! Faktanya, pada
akhirnya, tatkala Partai Sekuler tidak ada yang melamarnya untuk jadi
Capres, akhirnya dia ngemis-ngemis ke Partai Islam agar dicalonkan jadi
Presiden. Bagi saya : Islam yes Syariat Islam yes Ormas Islam yes Partai
Islam yes !!!
Mengapa tingkat popularitas partai Islam sekarang dengan masa Pemilu 1955 dulu jauh lebih rendah. Mengapa itu bisa terjadi ?
Memang, merosotnya prosentase perolehan
suara Partai Islam sejak Pemilu 1955 hingga pemilu 2009 adalah Fakta,
bukan hasil Survei. Nah, itu yang harus dijadikan acuan oleh Partai
Islam dalam melakukan evaluasi. Saya sudah paparkan faktor-faktor
penyebabnya dalam tulisan saya di SI sejak lama dengan judul "Nasihat Untuk Partai Islam", silakan baca kembali.
Tetapi sebaliknya mengapa Partai
Islam di Timur Tengah justru semakin berkembang bahkan menjadi partai
penguasa seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hamas di Gaza Palestina dan
An -Nahdah di Tunisia ?
Karena umat Islam di dunia sudah muak
dengan Demokrasi dan Kapitalisme yang digadang-gadang Liberal.
Sebenarnya di Indonesia pun begitu, hanya saja Partai Islam tidak pandai
memanfaatkan momentum, bahkan ikut larut mengelu-elukan Demokrasi yang
sudah basi.
Karena mayoritas media massa milik partai sekuler, apakah kontribusi mereka sangat signifikan untuk menjatuhkan partai Islam ?
Oh tentu ! Ini zaman tekhnologi
informasi komunikasi. Media massa punya peran penting dan kekuatan besar
untuk membesarkan Partai Sekuler dan menghancurkan Partai Islam.
Karenanya, umat Islam harus punya Televisi Islam yang mengudara secara
nasional, dan menjadi corong aktif bagi perjuangan Islam, termasuk
menelanjangi kebobrokan Partai Sekuler dengan sistem demokrasi dan
kapitalisnya. Kemudian mendorong pemenangan Partai Islam untuk penegakan
Syariat Islam secara kaaffah dalam sistem berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Bagaimana strategi untuk menarik mayoritas umat Islam Indonesia agar memilih Partai Islam dalam Pemilu 2014 nanti ?
Partai Islam harus bersatu dan cukup
satu Partai Islam saja. Semua Ormas Islam wajib mendukung dan
memenangkannya. Partai Islam wajib tampil sebagai Partai Islam sejati.
Caranya, sampaikan saja kepada umat Islam secara terbuka bahwa jika
Partai Islam berkuasa, maka semua Aliran Sesat dilarang, koruptor
dihukum potong tangan hingga hukum mati, narkoba dihukum berat, pabrik
Miras ditutup, perjudian dilarang, pelacuran dibasmi, semua maksiat
disikat, semua kejahatan ditindak tegas. Lalu riba dihapus sehingga
semua Bank, Asuransi, Kredit dan aneka perdagangan wajib bebas riba.
Pendidikan dan Kesehatan gratis untuk
rakyat tidak mampu. Subsidi buat rakyat tetap dipertahankan. Lapangan
kerja di dalam negeri dibuka seluas-luasnya. Potensi anak bangsa
diutamakan. Perusahaan asing atau pribadi yang menyangkut kebutuhan
vital rakyat wajib dinasionalisasika serta hapus utang luar negeri.
Khusus wanita, berikan perlindungan
khusus. Bagi muslimah wajib berjilbab, bagi non muslimah harus sopan.
Sekolah khusus wanita sejak SD hingga Universitas agar terhindar dari
pergaulan bebas. Angkutan Umum khusus wanita agar tidak terjadi
pelecehan. Berikan wanita pekerja Cuti Haidh, Hamil dan Nifas. Lindungi
wanita dari KDRT, jaga hak berkarir mereka. Pelayanan khusus gratis
untuk wanita hamil agar melahirkan dengan selamat.
Selain itu, jangan ragu Partai Islam
untuk mencalonkan Presiden yang Pro Syariat Islam, baik partisan mau pun
non partisan. Intinya, jika Partai Islam menang maka Syariat Islam
harus tegak secara Kaffah. Kini saatnya, kita menuju NKRI Bersyariah !
Menurut Habib, apakah Partai Islam
masih memiliki peluang unt menjadi partai berkuasa seperti AKP di Turki
dan Ikhwanul Muslimin di Mesir ?
Jangan pernah putus-asa ! Peluang selalu ada ! Banyak jalan menuju Mekkah ! Alhamdulillah.
Oleh : Habib Muhammad Rizieq Syihab
Imam Besar Front Pembela Islam