Belasan pendeta dari Badan Musyawarah Antar Gereja Lembaga Keagamaan
Kristen Indonesia (BAMAG LKKI) mendatangi markaz besar Dewan Pimpinan
Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) di Jl. Petamburan III Jakarta Pusat,
Rabu (12/8/2015). Kedatangan para pendeta itu disambut baik oleh
sejumlah pimpinan FPI.
Dewan Syuro FPI, Habib Muchsin
Alatas yang memimpin pertemuan tersebut menyebutkan sejumlah
kesepakatan yang dicapai. "Kita memiliki keprihatinan yang sama tentang
situasi negeri ini yang sudah banyak gangguan, terutama soal umat
beragama. Artinya agama sudah dijadikan komoditas politik untuk adu
domba dan ini akan kita tengarai. Itu semua mendorong kita untuk
berkomunikasi sehingga kedepan menjadi gerakan bersama dalam menjaga
NKRI," ungkapnya.
Dan kita juga bersepakat akan meningkatkan
toleransi beragama, dengan batasan yang ditentukan agama masing-masing,
lanjut Habib Muchsin Alatas.
Menurutnya, yang menggembirakan
ialah akan adanya kerjasama tentang penegakkan Amar Makruf Nahi Munkar.
"Mereka ikut bersama FPI memerangi hal-hal yang merusak moral bangsa,
seperti miras, judi, juga LGBT yang selama ini diperjuangkan kelompok
liberal untuk dibebaskan di Indonesia, menurut saya ini sesuatu yang
baik," kata Habib Muchsin Alatas.
Selain itu, mereka juga sepakat untuk menolak dan menggagalkan gerakan kebangkitan komunis di Indonesia.
Terkait tragedi penyerangan jamaah Idul Fitri dan pembakaran masjid di
Tolikara Papua oleh kelompok Gereja Injil Di Indonesia (GIDI), para
pendeta itu mengaku menyayangkan kejadian tersebut. "Kita sepakat
menyesalkan dan sangat mengutuk kejadian itu, kita mendorong pemerintah
untuk menegakkan hukum terhadap aktor intelektual kejadian Tolikara
dengan menghukum seberat-beratnya," pungkas Habib Muchsin Alatas.