Pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang mengimbau supaya kepala daerah bekerja sama dengan Front Pembela Islam untuk hal-hal yang baik menuai kecaman dari kelompok Liberal dan orang-orang yang selama ini dikenal anti FPI. 

Meski berbeda partai politik, dua politisi perempuan ini bersatu menghantam Mendagri. Uniknya, selain sama-sama Liberal dan anti FPI, keduanya juga bersuamikan seorang Katolik. 

Nurul Arifin, Wasekjen Partai Golkar, adalah orang yang pertama mengecam pernyataan Gamawan itu. 

"Kenapa harus FPI, apa enggak ada yang lain untuk mengawasi? Saya akan pertanyakan lebih lanjut pada Mendagri. Emang enggak ada yang lain, yang kredibilitasnya lebih baik dari FPI," kata Nurul, di Kompleks Gedung DPR/DPD/MPR, Jakarta, Kamis (24/10/2013), seperti dikutip Kompas.com.

Nurul Arifin adalah istri dari Mayong Suryalaksana, seorang Katolik. Diketahui Nurul juga membantu LSM liberal Freedom Institute. 

Senada dengan Nurul, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eva Kusuma Sundari mengatakan Mendagri melalui pernyataannya telah melakukan disorientasi, bahkan membahayakan penegakan hukum di daerah. 

"Mendagri disorientasi, membahayakan penegakan hukum di daerah dan pelaksanaan prinsip konstitusionalisme," kata Eva di Jakarta, Jumat (25/10/2013), seperti dikutipTribunnews.com.

Bahkan, dengan ngawurnya Eva mengatakan bahwa FPI adalah ormas yang tidak memiliki badan hukum. Anggota FPI, kata dia, juga dikenal sebagai pelanggar hukum, pengusung khilafah dan pro kekerasan. Sehingga Eva menilai ormas itu tidak patut diberikan disposisi kepada pemda-pemda.

Eva kemudian menyindir kebijakan Mendagri tersebut. Menurut dia, kenapa Gamawan tidak sekalian saja menyarankan kepala daerah bekerjasama dengan gang motor.

"Supaya tidak tanggung-tanggung, kenapa tidak sekalian disarankan pemda kerja sama dengan ormas gang motor saja? Toh sama-sama berwatak premanisme? Mendagri tampaknya ketakutan, teror FPI berupa pengrusakan kantor kemendagri berdampak efektif," ungkapnya.

Sama seperti Nurul, Eva juga seorang Liberal. Suaminya, seorang Duta Besar Timor Leste untuk Malaysia bernama Jose Antonio Amorim Dias, juga beragama Katolik. Eva juga pernah bekerja di lembaga milik Amerika Serikat, The Asia Foundation, yang selama ini menggelontorkan dana ke LSM-LSM lokal untuk proyek-proyek liberalisasi di Indonesia. 

Ya, begitulah tabiat kaum Liberal. (suaraislam.online)