Sejak Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa sekulerisme, pluralisme dan liberalisme (sepilis) bukan ajaran Islam, itu sesat dan menyesatkan. Sejak saat itu pula kelompok liberal tidak bisa bergerak bebas, bahkan ditolak dimana-mana oleh masyarakat.

"Setelah itu mereka ganti jadi Islam inklusif, lalu ganti lagi jadi Islam multikulturalisme. Lagi-lagi kelompok liberal itu ditolak masyarakat," demikian dijelaskan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab saat berceramah di Masjid Raya Bogor, Jumat (5/6/2015).

Dan akhirnya, kata Habib Rizieq, saat ini kelompok liberal memakai istilah baru, yaitu Islam nusantara. Kelompok Jemaat Islam Nusantara (JIN) ini masuk lewat seni dan budaya.

Dijelaskannya, kelompok liberal ini menganggap bahwa Islam sebagai agama pendatang, oleh karena itu Islam harus di Indonesiakan. "Ini pemikiran ngawur, nanti Islam di Cina harus di Cinakan, Islam di Amerika harus di Amerikakan, dan seterusnya. Ungkapan semacam ini salah, mereka mengatakan Islam itu dari arab, jangan Indonesia di Arabkan. Ambil Islamnya buang Arabnya," kata Habib Rizieq.

"Padahal Islam itu turun dari Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw yang pada awalnya meng-Islamkan bangsa Arab, selanjutnya bukan hanya Arab saja tapi seluruh bangsa itu di Islamkan," tambahnya.

Selain itu, propaganda kelompok JIN ini juga menyerang ajaran Islam. "Misalnya mereka mengatakan jangan memakai Assalamualaikum karena itu budaya Arab, ganti dengan salam sejahtera. Atau menganggap bahwa jilbab adalah budaya Arab, jadi kalau pakai jilbab itu Arabisasi," jelas Habib Rizieq.

Dulu sebelum Nabi Muhammad diutus, masyarakat Arab tidak kenal budaya jilbab, namun sejak Nabi diutus wanita muslimah ditutup auratnya. Jadi jilbab itu ajaran Islam bukan budaya Arab, jelas Habib Rizieq. "Kesannya mereka menyerang Arab, tapi sebenarnya mereka menyerang Islam," ungkapnya.

Dan yang terbaru, lanjut Habib, yang sedang ramai diberitakan yaitu membaca Alquran dengan langgam nusantara. "Di Istana Alquran dibaca dengan langgam Jawa, kalau ini dibiarkan besok Alquran dibaca pakai langgam daerah lain, bahkan bisa jadi nanti pakai langgam musik baik itu pop, dangdut, rock dan lainnya. Tidak hanya itu, nanti bisa juga baca Alquran tidak pakai tulisan Arab, cuma terjemahnya saja. Itu tujuan mereka, ini bahaya maka harus kita tolak," tandas Habib Rizieq.

Ia menegaskan, bahwa ia tidak benci langgam nusantara. Menurutnya, kalau bacaan qasidah, shalawat, syair-syair Islam dibaca pakai langgam daerah itu boleh, tapi kalau Alquran itu tidak boleh sembarangan karena ada ketentuannya.


Sumber : Suara-Islam.Online