Bismillaah wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...
Salah satu Tak-Tik dalam Strategi Devide et Impera, yaitu Politik Adu
Domba yang dilakukan Penjajah Belanda di Indonesia, adalah membenturkan
Hukum Islam dengan Hukum Adat.
Dengan Tak-Tik tersebut, Belanda berhasil memecah belah perjuangan Rakyat Aceh yang terkenal paling solid dan paling gigih.
Dan dengan Tak-Tik itu pula, Belanda berhasil menyulut Perang Paderi di
Padang - Sumatera Barat antara pengikut Imam Bonjol dengan para pelaku
ma'siat atas nama adat.
Begitu pula di berbagai Daerah lain di Nusantara, Belanda terus mengobarkan permusuhan antara Ulama dan Pemuka Adat.
Pembenturan Hukum Islam dan Hukum Adat di berbagai negeri merupakan
salah satu Tak-Tik unggulan Zionis Internasional melalui Gerakan
Freemasonry dan Illuminaty.
Kini, kelahiran ISLAM NUSANTARA merupakan Babak Baru dalam pembenturan Hukum Islam dan Hukum Adat.
Dan Episode kali ini dipastikan lebih berbahaya dan akan sangat sengit,
karena Jemaat Islam Nusantara (JIN) menggunakan Dalil-Dalil ajaran
Islam untuk pembenaran paham sesat mereka.
Ditambah lagi, JIN
telah menyusup ke berbagai Perguruan Tinggi dan Instansi Pemerintah,
serta menunggangi sejumlah "Ormas Islam" besar yang memiliki akar kuat
di masyarakat.
ISLAM NUSANTARA
Sesuai Data dan Fakta
bahwa para pengusung ISLAM NUSANTARA adalah Gerombolan Liberal yang
selama ini telah menyelewengkan ajaran Islam, maka bisa disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan Terminologi "Islam Nusantara" ialah :
1. Islam yang ingin di-Indonesia-kan, sehingga semua ajaran Islam yang
dianggap beraroma "Arab" seperti Jilbab, Salam hingga cara baca
Al-Qur'an harus diganti dengan Budaya Nusantara.
2. Islam yang
ingin di-Lunak-kan, sehingga semua ajaran Islam yang dianggap beraroma
"Keras" seperti Hisbah dan Jihad mesti dihapuskan.
3. Islam
yang ingin di-Kerdil-kan, sehingga agama Islam hanya dijadikan sebagai
sekedar sebuah aspek kehidupan, bukan Islam yang meliputi semua Aspek
Kehidupan.
4. Islam yang ingin di-Liberal-kan, sehingga Aqidah
Islam harus di-Dekonstruksi dan Syariat Islam mesti di-Anulirisasi,
agar sesuai dengan Tuntutan Zaman.
5. Islam yang ingin
dijadikan sebagai Pengusung Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Kebebasan
Mutlak, Persamaan Agama, Kearifan Lokal, Pelestarian Budaya Primitif,
Kesetaraan Gender, Revolusi Mental, Modernisasi, Globalisasi dan
Deradikalisasi, serta Kebangsaan yang Rasis dan Fasis.
ISLAMKAN NUSANTARA
Para Ulama Habaib dari Hadhromaut - Yaman banyak melakukan perjalanan
Da'wah ke berbagai Dunia, sambil berdagang untuk menopang Da'wah mereka.
Di antara mereka ada yang musafir ke India dan beranak pinak disana, hingga ada yang menjadi Pedagang Gujarat.
Lalu anak keturunan mereka melanjutkan perjalanan ke Malaka. Dari sana
mereka menyebar ke seluruh pelosok Nusantara, yang meliputi Indonesia,
Malaysia, Brunei, Singapura, dan Patani di Selatan Thailand, hingga
Mindanau di Selatan Philipina.
Di Indonesia, ada Walisongo yang
merupakan keturunan dari Sayyid Ahmad Jalaluddin putra dari Sayyid
Abdullah Khan yang terkenal di India dengan nama marga 'Azhmat Khan,
seorang Ulama Besar dari kalangan Habaib yang bermukim di India.
Abdullah Khan adalah putra dari Sayyid Abdul Malik yang merupakan putra
dari Imam 'Alwi bin Muhammad ('Ammul Faqiih). Dengan kata lain bahwa
Sayyid Abdul Malik adalah sepupu dari Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad
bin Ali Ba 'Alawi.
Tercatat dalam sejarah bahwa keturunan Imam
Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba 'Alawi banyak yang musafir
langsung dari Yaman ke Indonesia, sehingga banyak dari mereka yang
menjadi Sultan di Indonesia, seperti Sultan Siak, Pontianak dan Kubu,
serta lainnya.
Dengan izin Allah SWT di tangan mereka inilah, Indonesia diislamkan, hingga 90 % penduduk Indonesia beragama Islam.
Para Walisongo datang ke Nusantara membawa misi untuk meng-Islam-kan
Nusantara, bukan me-Nusantara-kan Islam. Sedangkan gerombolan JIN yang
kini banyak bergentayangan memiliki misi terbalik dari Walisongo, yaitu
me-Nusantara-kan Islam.
Kini, tugas para Da'i Indonesia melanjutkan perjuangan Walisongo untuk mengislamkan Indonesia, bahkan Nusantara, secara TOTAL.
ISLAM NUSANTARA NO ! ISLAMKAN NUSANTARA YES !
Dengan demikian, jelas sudah bahwa Misi Walisongo adalah ISLAMKAN NUSANTARA, sedang Misi JIN adalah NUSANTARAKAN ISLAM.
Selain itu, Walisongo membawa Panji ASWAJA, sedang JIN membawa Panji
LIBERAL, sehingga perbedaan Visi Misi Walisongo dengan Visi Misi JIN
bagaikan Langit dan Bumi.
Karenanya, kita wajib tolak Islam Nusantara yang diusung JIN. Ayo, katakan NO untuk Islam Nusantara ... !!!
Pada saat yang sama, kita wajib mengirim para Da'i ke seluruh pelosok
Nusantara untuk meng-Islam-kan segenap masyarakat di seantero Nusantara.
Ayo, katakan YES untuk Islamkan Nusantara ... !!!
Semoga Allah
SWT menyempurnakan keislaman seluruh Nusantara, sehingga tidak ada
sejengkal pun tanah di Bumi Nusantara, kecuali Islam tegak di atasnya.
Aamiiin Allaahumma Aamiiin ...
(Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab)