Jangan pernah lelah wahai Mujahidku Karena ku kan senantiasa
dibelakangmu untuk mendukungmu.....Jangan kau tengok ke belakang,
lihatlah kedepan Didepan ada musuhmu, musuh Tuhan kita Jadikan mereka
terhina dengan kekuatanmu Janganlah ragu untuk melepaskan peluru dari
selongsong senapanmu......
Bidiklah tepat dijantungnya Jadikan ia
mati sia-sia, tak memberi kemenangan bagi sekutunya Maju terus jangan
pernah menyerah Lepaskanlah duniamu Karena sungguh dunia ini hina
Sesungguhnya disisi Tuhan kitalah sebenar-benarnya kebahagiaan.....
Ingatlah isteri-isteri akhiratmu menunggumu dengan penuh cinta Mereka
senantiasa mendendangkan syair kerinduan Hanya untukmu, hanya
untukmu.....
Disaat kau pulang dengan membawa kemenangan Maka janganlah
kau merasa puas hingga Allah memenangkan agama ini atau kau menemui
syahid dimedan itu....
Dua pilihan yang menguntungkan, bukan? Siapakah
yang tidak suka dengan perniagaan demikian? Sungguh merugi bagi orang
yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat Bukankah kau tidak
demikian? Kau sering bercerita kepadaku tentang indahnya syurga Dengan
berbagai kenikmatan didalamnya Dan akupun mendengarkan dengan seksama
Betapa indahnya jika kita termasuk penghuni didalamnya Menuai
keridhaan-Nya selamanya Wahai Mujahidku…aku sering melihatmu bercucuran
air mata Dan seketika itu kau tersungkur bersujud Memanjatkan sebuah
do’a
Aku tak bisa mendengarnya karena suaramu tertahan oleh gejolak
didadamu Namun ku tau Itu adalah gemuruh kerinduanmu padanNya dan kau
memohon untuk bisa membela saudara- saudaramu dari para Thagut kaum
kuffar mengembalikan izzah mereka wahai Kekasihku…ku kan senantiasa
berdoa untuk mu agar harapanmu terpenuhi untuk bisa kembali ke medan
pertempuran itu sungguh aku ridha jika harus dua kali atau bahkan
berulang kali ditinggal olehmu meski kerinduanku belumlah pupus meski
sajadahku belumlah kering karena banyaknya air mata kerinduan mengharap
hadirmu disisiku meski hari-hariku kan kembali sepi oleh canda dan
petuahmu meski kau tak lagi mengimamiku shalat meski kau tak akan
menyakasikan kehadiran Mujahid kecilmu menghirup udara kehidupan aku
ridha, sungguh aku ridha asalkan Rabb kita memperkenankan kita bersua
dan berkumpul di JannahNya untuk selamanya Jika kita tak berjumpa
kembali Maka kan ku semai cintamu disyurga Dalam istana takwa senyumku
mengembang jika ku membayangkannya (syurga) namun ku tak bisa
menyembunyikan rasa cemburuku pada bidadari bermata jeli yang akan
membagi kasihmu dengan ku kecantikan
Mereka tiada tandingan meski kau
selalu menyanjungku tiap pagi dan malam hari namun seperti yang kau tau
aku adalah wanita pecemburu jiaka rasa itu menyerang maka aku kan
mengingat kata-katamu kecantikan“ bidadari memang tiada duanya namun
wanita dunia lebih mulia dan tiada tandingannya karena mereka bersusah
payah beribadah sewaktu didunia” Dan seketika itu pula hatiku riang
Ahhh..kau selalu mengerti bagaimana caranya membuatku senang Wahai
pujaanku….tiada berita yang lebih kusukai selain berita tentang
kesyahidanmu Oleh karena itu janganlah berhenti untuk mengharap syahadah
pada-Nya Mudah-mudahan Allah melapangkan jalanmu menujuNya Kau ingat
bukan Rabb kita telah berfirman Barang“ siapa menolong agamanya maka dia
akan menolongnya pula”
Yakinlah itu Wahai kekasih hati jangan pernah
ragu untuk meninggalkanku kembali Jangan fikirkan aku Karena ku kan
baik-baik saja Ku kan setangguh isteri Handzalah yang merelakan malam
pengantinya untuk memenuhi seruan-Nya Kan kutopang hidupku tanpamu
Karena kini ku telah terbiasa Kau yang mengajarkannya padaku, bukan?
Bukankah kita telah berkomitmen dari awal perjumpaan dan saat ijab Kabul
diucapkan untuk mendirikan bangunan kasih kita diatas jalanNya hingga
syahid menjemput? Kita tau perjumpaan didunia adalah sementara Karenanya
kita memohon perjumpaan yang kekal Hingga kau dan aku tak terpisahkan
lagi oleh ruang dan waktu Allaahumma Amiin Salam rinduku untuk mu selalu.
(Herlina Wardahtussyarif)