Umat Islam harus bersatu untuk menuntut pemerintah Indonesia agar mengkaji ulang keberadaan Myanmar sebagai negara penjahat internasional di ASEAN.

Demikian dikatakan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) KH. Shabri Lubis saat berorasi di depan kantor kedutaan besar Myanmar Jl KH. Agus Salim, Menteng Jakarta Pusat pada Rabu (27/5/2015) saat mengikuti aksi solidaris muslim Rohingya. 
 
"Pemerintah harus mengkaji ulang keberadaaan Myanmar di ASEAN, buat apa Indonesia menerima Myanmar yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap muslim Rohingya," ujar Ustaz Shabri.
 
Ia menegaskan, kalau Myanmar sengaja melakukan genoside (pembersihan etnis) terhadap muslim Rohingya maka sudah sepatutnya Indonesia mengambil langkah tegas dan konkrit untuk mengeluarkan Myanmar dari ASEAN. 
 
"Dan pemerintah juga harus mengusir duta besar Myanmar di Indonesia dan sebaliknya juga menarik duta besar Indonesia di Myanmar, karena mereka tidak berguna menjaga kemanusiaan dari kejahatan," tambah Ustaz Shabri.
 
Selain itu, ia juga mendesak agar pemerintah lebih peduli terhadap para pengungsi Rohingya di berbagai daerah khususnya di Aceh. Menurutnya, Indonesia harus punya izzah seperti yang dilakukan di zaman pemerintahan Soeharto misalnya.
 
"Zaman dulu, saat muslim Bosnia dibantai Serbia, rezim Soeharto walaupun beliau orang yang kurang memahami Islam namun beliau apresiasi suara umat Islam sebagai mayoritas rakyatnya. Beliau langsung turun ke Bosnia dan mendirikan masjid Suharto disana dan ikut meredakan konflik disana," ungkapnya.
 
Sebagai ketua umum FPI, Ustaz Shabri sudah menginstrusikan anggotanya di seluruh Indonesia untuk mengumpulkan bantuan untuk para pengungsi Rohingya. Di Aceh sendiri, FPI sudah bergerak dan membantu para pengungsi Rohingya.
 
Sumber :  SI Online