TULUNGAGUNG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung menutup paksa 69 tempat prostitusi di Kecamatan Ngunut dan Kedungwaru. Sebagian di antara tempat prostitusi itu berkedok kafe dan tempat karoke. Purel yang ada, mereka tidak hanya menemani tamu bernyanyi. Mereka ternyata juga melacurkan diri di tempat maupun di luar kafe.
Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo mengatakan, sejumlah kafe menyediakan tiga hingga empat bilik untuk pelanggan melakukan perzinaan.
“Mulai hari ini semuanya harus tutup. Tidak ada kompensasi ganti rugi,“ ujar Maryoto, Jumat (8/5/2015).
Saat penutupan, petugas memberi peringatan dengan pengeras suara supaya tempat prostitusi di Ngunut dan Kedungwaru segera ditutup. Proses penutupan tersebut dikawal pasukan TNI dan Polri. Hasilnya, proses penutupan berlangsung aman.

Setelah penutupan, Kapolres Tulungagung AKBP Bastoni Purnama mengatakan, akan mendirikan posko penjagaan di dua eks lokalisasi. Selama dua bulan, bersama aparat TNI, polisi akan melakukan pengawasan langsung di lapangan. Saat ini tenda besar untuk posko penjagaan telah didirikan.
"Bagi yang bandel tetap nekat beroperasi kita akan berikan pembinaan terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan pemberikan sanksi," ujarnya.

GERMO PROTES DAN NGELES

Sementara itu seorang germo berkedok pengurus karaoke dan kafe di eks lokalisasi Ngunut menyatakan menolak penutupan. Dia berdalih tidak ada lagi praktik prostitusi.
"Lagian kalau ditutup, terus kami makan apa? Sebab setahu saya sebagai pengurus, di sini tidak ada lagi prostitusi. Kalau melakukanya di luar saya tidak tahu," kilahnya.

PERAN FPI TULUNG AGUNG

Penutupan lokalisasi berkedok kafe dan karaoke tersebut sebenarnya tidak luput dari peran FPI. Sejak dibentuk beberapa bulan lalu, FPI Tulung Agung langsung melakukan langkah-langkah taktis dan strategis.
Saat dihubungi Tim News FPI, Haji Nurkholis selaku ketua FPI Tulung Agung menceritakan kerja "bawah tanah"nya.
"Dua bulan lalu kita kirim beberapa intel ke lokalisasi untuk mengecek kebenaran laporan masyarakat yang mengatakan adanya prostitusi." katanya mengawali.

Dari investigasi itu ditemukan bukti bahwa memang benar ada prostitusi. Selanjutnya, hasil investigasi lapangan itu dikirimkan ke Biro Kesra Provinsi Jawa Timur.
"Saya ketemu langsung dengan Bapak Indra, kepala Biro Kesra Jatim. Kita membicarakan apa yang perlu dibicarakan." Terang Haji Nurkholis.

Gayung bersambut, laporan tersebut ditindak lanjuti oleh Kepala Biro Kesra. Selanjutnya diadakan sejumlah pertemuan antara Pemprov Jawa Timur dengan Pemkab, Kepolisian, MUI serta sejumlah ormas Tulung Agung. Hasilnya semua sepakat prostitusi di seluruh Tulung Agung wajib tutup. Puncaknya adalah pada penutupan kemarin.

MIMPI BURUK GERMO & MUCIKARI JADI KENYATAAN

Jauh sebelum penutupan lokalisasi, kehadiran FPI di Tulung Agung nampaknya sudah diprediksi akan menjadi mimpi buruk bagi para germo dan mucikari.

Mereka khawatir hadirnya FPI akan mengganggu ketenangan dan kelangsungan bisnis maksiat mereka. Karena itu, dengan berberbagai upaya mereka pontang-panting berusaha menggagalkan pendirian FPI.
Puncaknya terjadi pada tanggal 28/10/2014 silam. Mereka para germo dan mucikari berusaha untuk menggagalkan acara tabligh akbar dan dialog para tokoh NU bersama Imam Besar FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab di Gedung Kartini, Alun-Alun kota Tulung Agung. Mereka menyakini acara ini adalah deklarasi pendirian FPI. Ratusan preman bayaran dikerahkah untuk menggagalkan.

Situasi genting. Sinyal ke arah penyerangan fisik oleh para preman sudah tercium. Karena itu, Pimpinan perguruan pencak Silat Blumbang Segoro pimpinan Gus Sulaiman langsung mengambil sikap. Ia mengerahkan ratusan anak buahnya untuk mengawal dan mengamankan para Kyai dan Habib Rizieq. Tidak hanya itu, Banser dan Anshor juga turut mengamankan.
Namun akhirnya acara bisa berjalan dengan lancar. Ancaman pembubaran dari preman lokalisasi tidak terjadi.

FPI mencium selain dikomando oleh para germo dan mucikari, ada oknum pejabat yang juga bermain. Oknum pejabat yang dimaksud memiliki saham cukup besar di beberapa tempat maksiat. Mereka inilah yang membiayai dan menggerakkan para preman.

SEJALAN DENGAN INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TIMUR

Penutupan lokalisasi pelacuran di Tulung Agung sejatinya sudah sejalan dengan Instruksi Gubernur Jawa Timur Bapak Soekarwo atau yang akrab dipanggil Pakde Karwo.
Beliau menginstruksikan kepada seluruh Bupati dan Walikota serta segenap jajaran dibawahnya agar membersihkan Jawa Timur dari semua prostitusi.

Banyak lokalisasi pelacuran di Jawa Timur yang akhirnya bisa ditutup setelah itu. Salah satu yang berhasil dengan gemilang adalah penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara, Dolly di Surabaya oleh Walikota Surabaya, Ibu Tri Risma Maharini.

(Tim News FPI / dbs)

www.habibrizieq.com