"Negara tak boleh kalah dengan kekerasan." Itulah kalimat yang
diucapkan Susilo Bambang Yudhoyono lima tahun silam sesaat setelaj
terjadi Insiden Monas 1 Juni 2008. Kini "lagu" yang nyaris sama diputar kembali oleh Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu.
"Posisi negara sangat jelas, posisi saya sangat jelas, kita tidak akan
memberikan toleransi kepada siapa pun yang sekali lagi melakukan
aksi-aksi kekerasan, tindakan perusakan, main hakim sendiri dan semua
yang bertentangan dengan hukum dan aturan yang berlaku di negeri ini,"
kata SBY kepada wartawan seusai menghadiri buka puasa di Jakarta
International Expo, Ahad (21/7/2013) mengomentari bentrok antara FPI
dengan preman Kendal beberapa hari lalu.
SBY mengaku telah
memerintahkan kepada aparat Kepolisian untuk bertindak tegas, dan
profesional, serta mampu mencegah terjadinya kerusuhan dan kekerasan
yang lebih luas.
Dia juga mengaku mencermati perbincangan di
media sosial terkait dengan isu bentrokan antara elemen FPI dengan
masyarakat di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Menurut SBY,
dirinya telah dilapori langsung kejadian tersebut baik oleh Kapolri
Timur Pradopo maupun Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
Djoko Suyanto. Dia mengapresiasi langkah-langkah dan tindakan aparat
kepolisian yang mampu meredam gejolak dan melokalisasi sehingga tidak
meluas.
"Saya menilai apa yang dilakukan kepolisian waktu itu
tepat dan akhirnya Alhamdullilah bentrokan tidak meluas. Saya juga
menginstruksikan kepada Polri dan para penegak hukum lain untuk tidak
membiarkan kejadian seperti itu, hukum harus ditegakkan, dicegah konflik
atau benturan horizontal dan dicegah untuk tidak ada elemen dari mana
pun juga, termasuk FPI yang melakukan aksi-aksi kekerasan apalagi
tindakan pengrusakan," kata Presiden.
Rupanya, SBY hanya
memutar lagu lamanya saat terjadi bentrok fisik FPI dengan kelompok
lain. Sayangnya, lagu SBY itu tidak pernah diputar saat umat Islam
menjadi korban kekerasan kelompok lain. SBY tidak berkomentar saat
rombongan FPI akan dibantai oleh preman Dayak Kristen saat akan mendarat
di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya.
SBY tidak pernah
komentar alias diam saja saat ada tawuran antarsuporter sepak bola yang
menewaskan sejumlah orang. SBY tak pernah komentar atas merebaknya
tawuran antarmasyarakat yang menimbulkan korban jiwa. SBY tak pernah
komentar saat kekarasan merebak dalam kasus pilkada di beberapa daerah.
SBY juga tidak komentar lawan kekerasan saat sejumlah tentara
mengeksekusi orang dalam penjara. Bahkan SBY tidak komentar saat
sejumlah anggota Kopassus di Papua ditembak mati oleh OPM. Apakah semua
itu bukan kekerasan Pak Beye?. (SuaraIslam.com)